Kamis, 23 Oktober 2008

KULTUR JARINGAN (TISSUE CULTURE):kumpulan informasi

1.
Judul Buku :
Plant cell and tissue culture
Penulis : Stafford, AngelaWarren, Graham
Nama Penerbit : Open University Press , Lokasi Penerbitan : Buckingham
Tahun Penerbitan : 1991 , Deskripsi Fisik : 251 hal.
Lokasi : umu
Kode Panggil : 581.87 Pla
Subjek : Plant tissue culture

2.
Judul Buku :
Plant cell and tissue culture
Penulis : Narayanaswamy, S.
Nama Penerbit : Tata McGraw-Hill , Lokasi Penerbitan : New Delhi
Tahun Penerbitan : 1994 , Deskripsi Fisik : 652 hal.
Lokasi : umu
Kode Panggil : 581.82 Nar p
Subjek : Plant tissue culture

3.
Judul Buku :
Metode kultur jaringan tanaman
Penulis : Wetter, L.R. Constabel, F.
Nama Penerbit : Penerbit ITB , Lokasi Penerbitan : Bandung
Tahun Penerbitan : 1991 , Deskripsi Fisik : 190 hal.
Lokasi : cib
Kode Panggil : 574.0724 Met
Subjek : Plant tissue culture

4.
Judul Buku :
Pedoman pelaksanaan teknik kultur jaringan
Penulis : Nugroho, ArintoSugito, Heru
Nama Penerbit : Penebar Swadaya , Lokasi Penerbitan : Jakarta
Tahun Penerbitan : 1996 , Deskripsi Fisik : 70 hal.
Lokasi : kli
Kode Panggil Lain : Kul

5.
Judul Laporan Penelitian : Beberapa percobaan mengenai fisiologi kultur jaringan tumbuhan
Penulis : Suhaendi, Hendi
Penerbitan : Bogor: Lembaga Penelitian Hutan, 1980
Deskripsi Fisik : 18 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 94/1797

6.
Judul :
Pedoman pelaksanaan teknik kultur jaringan
Penulis : Nugroho, Arinto; Sugito, Heru
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1996
Kode Panggil : Kul
Abstrak : Teknik kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengambil bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Kultur jaringan ditujukan untuk memperbaiki sifat-sifat dari suatu tanaman. Dalam buku ini dibahas masalah teknik kultur jaringan beserta peralatannya; teknik kultur meristem; serta kultur meristem untuk tanaman wortel, melon, kentang, krisan, dan violces.

7.
Judul : Kultur Jaringan: Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern
Penulis : Rahardja,P.C.
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1988, 53 hlm.
Kode Panggil : 57
Abstrak : Kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan.Manfaat utama kultur jaringan adalah menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu singkat,dengan sifat dan kualitas sama dengan tanaman induk.Media tumbuh yang dipakai terdiri dari campuran garam mineral berisi unsur makrodan unsur mikro,asam amino,vitamin,gula,serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu.Jaringan yang akan digunakan diambil dengan pisau tajam steril dari ujung tunas muda,ujung akar,atau bagian lain.Jaringan disterilkan dengan bahan kimia,lalu sudah bisa ditanam dalam media tanam,jaringan ini disebut eksplan.Dewasa ini banyak spesies tumbuhan yang diperbanyak melalui kultur jaringan,mulai dari tanaman hias sampai tanaman keras seperti karet,kopi dan coklat.Kultur jaringan memerlukan keterampilan khusus yang dilatarbelakangi pengetahuan dasar kimia dan biologi.

8.
Judul :
Menengok teknologi kultur jaringan dan prinsip kerjanya
Penulis : Agus Supriyatno
Sumber : Cultivar, 15, 1997: 21-22
Kode Panggil : Maj-823
Abstrak : Untuk memperoleh bibit tanaman yang berkualitas dan dalam jumlah yang besar dapat di lakukan dengan teknik kultur jaringan. Dalam artikel dijelaskan tentang prinsip dasar penyediaan bibit tanaman secara kultur jaringan dan syarat yang harus dipenuhi agar usaha ini menguntungkan.

9.
Judul :
Pembibitan dengan kultur jaringan
Judul terjemahan : Seedling by tissue culture
Sumber : Trubus : majalah pertanian , 15 (171) 1984: 114-116
Tahun Penerbitan : 1984
Deskriptor : Tissue cultures

10.
Judul :
Kultur jaringan tanaman sebagai sarana perbanyakan tanaman dan pengembangan pertanian
Judul terjemahan : Plant tissue culture as a plant reproduction medium and agricultural development
Sumber : Majalah Pertanian : Departemen Pertanian - Jakarta , 32 (4) 1984/85: 55-59
Penulis : Sudarsono
Tahun Penerbitan : 1985
Deskriptor : Tissue culturesAgricultural development

11.
Judul : Produksi metabolit sekunder dengan teknik kultur jaringan tanaman
Sumber : Seminar Nasional Metabolit Sekunder 1987: Buku risalah, Yogyakarta, 6-9Sep 1987
Penulis : Indryanto, Gunawan
Tahun Penerbitan : 1987
Deskripsi Fisik : 11 hal
Deskriptor : Tissue culturesPlants
Kode Panggil : 615.32 Sem b

12.
Judul :
Kultur jaringan sebagai sarana utuk menghasilkan metabolit sekunder
Sumber : Seminar Nasional Metabolit Sekunder 1987: Buku risalah, Yogyakarta, 6-9Sep 1987
Penulis : Dalimoenthe, Salwa Lubnan
Tahun Penerbitan : 1987
Deskripsi Fisik : 5 hal
Deskriptor : Tissue cultures
Kode Panggil : 615.32 Sem b

13.
Judul :
Kultur jaringan sebagai sarana utuk menghasilkan metabolit sekunder
Sumber : Seminar Nasional Metabolit Sekunder 1987: Buku risalah, Yogyakarta, 6-9Sep 1987
Penulis : Dalimoenthe, Salwa Lubnan
Tahun Penerbitan : 1987
Deskripsi Fisik : 5 hal
Deskriptor : Tissue cultures
Kode Panggil : 615.32 Sem b

14.
Judul :
Pemanfaatan metoda kultur jaringan untuk memproduksi bibit hortikultura secara komersial
Sumber : Simposium dan Seminar Nasional Hortikultura Indonesia: Prosiding, Bogor,13-14 Okt 1990
Penulis : Adiningrat, Elda D. ; Safarman, K. Karianan ; Abinawanto, Nisyawati ; Herbudianto, SriLestari
Tahun Penerbitan : 1990
Deskripsi Fisik : 5 hal
Deskriptor : SeedsHorticultureTissue cultures
Kode Panggil : 635 Sim p

15.
Judul :
Mengenal kultur jaringan tumbuhan
Sumber : Media Ekonomi; Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti : 6 (12) 1994: 42-49
Penulis : Budipramana, Lukas S.
Tahun Penerbitan : 1994
Deskriptor : Tissue cultures

JAHE

1.
Judul Laporan Penelitian :
Studi perbanyakan tanaman jahe (Zingiber officinale Rose) melalui teknik kultur jaringan dengan suplemen zeolit : laporan penelitian
Penulis : Wattimena, G.A.; Matcik, Nurhayati Ansori; Purwito, Agus
Penerbitan : Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1992
Deskripsi Fisik : 54 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 93/2609

2.
Judul : Budidaya bibit jahe dengan kultur jaringan
Penulis : Suswanto, Edi
Sumber : Sinar Tani, 25 Sep. 1991. Hal. II (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 24-25)
Kode Panggil : Jah
Abstrak : Kultur jaringan (tissue culture) merupakakn suatu teknik budidaya perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan yang memakai suatu media tumbuh yang mengandung unsur-unsur penting bagi kebutuhan hidup tanaman jahe. Artikel ini menjelaskan cara memilih bibit jahe, tahapan memperbanyak bibit jahe, mempersiapkan media tanaman, dan bahan pelengkap untuk pertumbuhan. Dijelaskan juga tahapan pelaksanaan kultur jaringan di laboratorium (penggojokan untuk mendapatkan protocorm like bodies, pemeliharaan hasil kultur jaringan, sterilisasi, serta aklimatisasi yaitu pengadaptasian plantlet yang dikeluarkan dari botol terhadap lingkungan luar secara bertahap).

3.
Judul :
Kemungkinan perbanyakan kultur jaringan pada jahe
Sumber : Neraca, 23 Jul. 1992. Hal. XI (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 26-27)
Kode Panggil : Jah
Abstrak : Perbanyakan dengan teknik kultur jaringan memiliki keuntungan di antaranya pengadaan bibit tidak tergantung musim, dapat dilakukan dalam jumlah besar dan dalam waktu bersamaan. Artilek ini menguraikan langkah-langkah perbanyakan bibit jahe dengan teknik kultur jaringan diawali dengan sterilisasi eksplan, penanaman eksplan pada medium dasar hingga mendapatkan tunas adventif, dan penggandaan tunas adventif pada sub kultur baru. Dijelaskan juga jenis-jenis jahe yang digandrungi petani karena mempunyai prospek pasar yang cerah untuk menghasilkan jahe muda segar.

4.
Judul : Perbanyakan cepat jahe merah melalui teknik kultur jaringan
Penulis : Gati, Endang; Mariska, Ika
Sumber : Bul. Balitro, 3 (1) 1988: 35 (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 35-38)
Kode Panggil : Jah
Abstrak : Jahe merah mempunyai potensi sebagai penghasil minyak atsiri. Metode pembiakan secara cepat pada jahe melalui kultur jaringan sudah banyak dikembangkan. Penelitian ini membahas teknik perbanyakan dengan kultur jaringan untuk mengatasi masalah pengadaan bibit yang masih minim. Dalam penelitian ini dijelaskan beberapa tahap percobaan antara lain sterilisasi bahan tanaman, penanaman eksplan pada medium dasar, dan pengembangan tunas adventif. Diperoleh kesimpulan bahwa pembentukan tunas adventif memerlukan BAP dengan konsentrasi 10 mg/l dengan penambahan NAA 0.1 mg/l, kalus kompak dapat membantu tunas adventif dan akar dengan cepat, sebaliknya kalus friable tidak berhasil membentuk tunas adventif dan hanya dapat membentuk akar.

5.
Judul :
Perbanyakan vegetatif melalui kultur jaringan pada tanaman jahe
Judul terjemahan : Vegetative propagation of ginger by tissue culture
Sumber : Buletin Penelitian Tanaman Pangan : (4) 1992: 1-5
Penulis : Mariska, Ika ; Syahid, Sitti Fatimah
Tahun Penerbitan : 1992
Deskriptor : Tissue culturesGingerZingiber officinale

6.
Judul :
Perbanyakan tanaman jahe merah (Zingiber officinale Rosc, var Rubra) dengan teknik kultur jaringan
Sumber : Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi: prosiding, Bogor, 11-12 Feb 1992
Penulis : Hoesen, Djadja Siti Hazar ; Poerba, Yuyu Suryasari
Tahun Penerbitan : 1992
Deskripsi Fisik : 5 hal.
Deskriptor : GingerZingiber officinaleTissue culture
Kode Panggil : 620.82 Sem p

7.
Judul :
Pengaruh media tumbuh dan umur bibit jahe hasil kultur jaringan terhadap pertumbuhan di lapang.
Judul terjemahan : The influence of growth media and ginger seed age from tissue culture production to field growth.
Sumber : Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri : (14) 1994: 63-66
Penulis : Syahid, Sitti Fatimah ; Hobir ; Mariska, Ikarti
Tahun Penerbitan : 1994
Deskriptor : Growing mediaGingerPlant growthSeeds

8.
CHANG, B.K.W.; CRILEY, R.A. Clonal propagation of pink ginger in vitro. HortScience, v.28, p.1203, 1993.

9.
DEKKERS, A.J.; RAO, A.N.; GOH, C.J. In vitro storage of multiple shoot cultures of gingers at ambient temperature of 24-29 °C. Scientia Horticulturae, v.47, p.157-167, 1991.

10.
Micropropagation of ginger.

Inden, H., A.Hirano and T. Asahira, 1988.
Acta Hortic, 230: 177-184.

11.
Clonal propagation of ginger in vitro. In: Plant Tissue Culture Genetic Manipulation and Somatic Hybridization of Plants.

Nadgauda, R.S., D.D. Kulkarni, A.F. Mascarenhas and V. Jagannathan, 1980.
Proc. National Symposium held at BARC, Bombay, India (Rao, P.S, M.R. Heble and M.S. Chadha eds), pp: 358-368.


12.
In vitro
micropropagation of ginger (Zingiber Officinale Rosc.): interaction of growth regulators and culture conditions.
Rout, G.R., S.K. Palai, and P. Das, (1997).
Indian J. Herbs Spices. (In press)

13.
TISSUE CULTURE SYSTEM FOR IN VITRO POLLINATION AND REGENERATION OF PLANTLETS FROM IN VITRO RAISED SEEDS OF GINGER - ZINGIBER OFFICINALE ROSC.
AU:
P.A. Nazeem, L. Joseph, T.G. Rani, P.A. Valsala, S. Philip, G.S. Nair
Abstract:
Genetic variability in the spice crop, Ginger, is too narrow, owing to its incompatibility and lack of seed set in nature. The disease outbreak in cultivators' fields urge the need for inducing genetic variability and screening for disease resistance/tolerance. In vitro pollination was attempted to overcome the pre-fertilization barriers that interfered with natural seed set in ginger. The spiny stigma, long style and coiling of pollen tube were some among the barriers of fertility reported earlier. The present study highlights the feasibility of in vitro pollination for successful seed set in ginger. The media and conditions for the healthy growth of detached ovary were identified. A viable protocol was developed for rapid multiplication of tiny seedlings that merged out of in vitro raised seeds of ginger. The plantlets were rooted, hardened and planted out successfully.

14.
clonal propagation of ginger (Z. Officinale Rosc.) through tissue culture

Hosoki, T. and Y. Sagawa, 1977.

Hort. Sci., 12: 451-452.

15.
Clonal propagation of ginger in vitro. In: Plant Tissue Culture Genetic Manipulation and Somatic Hybridization of Plants.

Nadgauda, R.S., D.D. Kulkarni, A.F. Mascarenhas and V. Jagannathan, 1980.

Proc. National Symposium held at BARC, Bombay, India (Rao, P.S, M.R. Heble and M.S. Chadha eds), pp: 358-368.

16.
In vitro
microrhizome production in Zingiber officinale Rosc.
Plant Cell Reports, Volume 15, Numbers 3-4 / December, 1995
T. R. Sharma1 and B. M. Singh1
(1). Biotechnology Centre, Himachal Pradesh Krishi Vishvavidyalaya, 176062 Palampur, India

Abstract
Microrhizomes of Zingiber officinale were successfully produced from tissue culture derived shoots by transferring them to liquid MS medium supplemented with 1 mg/l BAP, 2 mg/l calcium pantothenate, 0.2 mg/l GA3 and 0.05 mg/l NAA for shoot proliferation. After 4 weeks of incubation, the medium was replaced with microrhizome induction medium, consisting of MS salts supplemented with 8 mg/l BAP and 75 g/l sucrose. Microrhizome formation started after 20 d of incubation in stationary cultures at 25+1 ° in the dark. Microrhizomes with 1–4 buds and weighing 73.8 to 459 mg each were harvested after 50–60 d. After storage for 2 months in moist sand at room temperature, 80% of the microrhizomes sprouted producing roots and shoots.
Abbreviations
BAP 6-benzylaminopurine - GA3 gibberellic acid - NAA naphthaleneacetic acid - MS Murashige and Skoog (1962) medium

17.
In vitro microrhizome production in Zingiber officinale Rosc.

SHARMA T. R. ; SINGH B. M. ;

Himachal Pradesh Krishi Vishvavidyalaya, biotechnology cent., Palampur 176062, INDE

Abstract

Microrhizomes of Zingiber officinale were successfully produced from tissue culture derived shoots by transferring them to liquid MS medium supplemented with 1 mg/l BAP, 2 mg/l calcium pantothenate, 0.2 mg/l GA[3] and 0.05 mg/l NAA for shoot proliferation. After 4 weeks of incubation, the medium was replaced with microrhizome induction medium, consisting of MS salts supplemented with 8 mg/l BAP and 75 g/l sucrose. Microrhizome formation started after 20 d of incubation in stationary cultures at 25+1°C in the dark. Microrhizomes with 1-4 buds and weighing 73.8 to 459 mg each were harvested after 50-60 d.After storage for 2 months in moist sand at room temperature, 80% of the microrhizomes sprouted producing roots and shoots.
Plant cell reports (Plant cell rep.), 1995, vol. 15, no3-4, pp. 274-277 (10 ref.)

18.
Large Scale Multiplication of Ginger (Zingiber Officinale Rosc.)
From Shoot-tip Culture
Anjumanara Khatun, Shamima Nasrin and M.Tojammal Hossain

Plant Tissue Culture Section, Biological Research Division, BCSIR Laboratories,

Dr. Kudrat-I- khuda Road, Dhanmondi, Dhaka-1205, Bangladesh

Journal of Biological Sciences 3 (1): 59-64, 2003

Abstract:
The rapid multiplication from the soot-tip of ginger through in vitro culture has taken. Aseptic shoot tip from rhizome of ginger were cultured on MS medium. Three persent sucrose, 0.5% agar and different concentrations and combinations of hormone were used for the media. Vigorous ginger plantlets were obtained directly from the
shoot tip explant supplemented with 2.5 and 0.5 mg/l Kn. 22-25 plantlets from each explants were directly transferred to the field without any acclimatization. 100% plants were successfully survived in the field condition.

Key words: Ginger, In vitro, multiplication, zingiber, multiplication

19.
Meristem culture and micropropagation of a variety of ginger ( Zingiber Officinale Rosc.) with a high yield of oleoresin.

Bhagyalakshmi, and N.S. Singh, 1988.
J. Hort. Sci., pp: 321-327.

20.
In vitro
propagation of Ginger. (Zingiber Officinale Rocs.)
Hoque, M.I., S. Perveen and R.H. Sarker, 1999.
Plant Tissue cult., 9: 45-51.

21.
clonal propagation of ginger (Z. Officinale Rosc.) through tissue culture

Hosoki, T. and Y. Sagawa, 1977.

Hort. Sci., 12: 451-452.

KENCUR

1.
Judul :
Aplikasi kultur jaringan untuk perbanyakan klonal tanaman kencur.
Judul terjemahan : Tissue culture application to propagation of Kaempferia galanga clonal
Sumber : Warta Tumbuhan Obat Indonesia : 3 (2) 1996: 11-13
Penulis : Seswita, Deliah ; Marsika, Ika ; Gati, Endang
Tahun Penerbitan : 1996
Deskriptor : Medicinal plantsTissue culturesSeedlingsKaempferia galanga
Abstrak : To produce Kempferia galanga L. seedling in a relatively short time, in vitro clonal propagation was studied in the Central Research and Development for Industrial Crops, Bogor.

2.
In vitro plantlet production system for Kaempferia galanga, a rare Indian medicinal herb
Plant Cell, Tissue and Organ Culture, 63(3 )December 2000 : 193-197
Fatima Shirin1, 1 , Sandeep Kumar1 and Yogeshwar Mishra1(1) Genetics & Plant Propagation Division, Tropical Forest Research Institute, P. O. RFRC, Mandla Road, Jabalpur (M.P.), 482 021, India

Abstract :
A rapid clonal propagation system for Kaempferia galanga (Zingiberaceae), a rare folk medicinal herb has been developed. Various concentrations of 6-benzyladenine (BA) and a range of auxins have been investigated for in vitro plantlet production, using rhizomes as explants. In vitro plantlet production has been achieved on 0.75 × Murashige and Skoog (MS) medium supplemented with 12 μM BA, 3 μM ∝-naphthaleneacetic acid (NAA) and 3% sucrose. The procedure ensures 13-fold rate of plantlet production every 4 weeks. Hardened plantlets produced normal storage roots as the parent plants. Around 1,000 plantlets have been produced successfully for field transfer.

3.
Micropropagation of Kaempferia galanga L. — a medicinal plant

K. A. Vincent1, K. Mary Mathew1 and Molly Hariharan1(1) Department of Post-Graduate Studies and Research in Botany, University of Calicut, 673 635 Kerala, India

Without Abstract, Key words clonal propagation - multiple shoots - tissue culture

Plant Cell, Tissue and Organ Culture, 28( 2) February 1992: 229-230

4.
In vitro plantlet production system for Kaempferia galanga, a rare Indian medicinal herb

Plant Cell, Tissue and Organ Culture, 63(3 )December 2000 : 193-197
Fatima Shirin1, 1 , Sandeep Kumar1 and Yogeshwar Mishra1

(1) Genetics & Plant Propagation Division, Tropical Forest Research Institute, P. O. RFRC, Mandla Road, Jabalpur (M.P.), 482 021, India

Abstract :
A rapid clonal propagation system for Kaempferia galanga (Zingiberaceae), a rare folk medicinal herb has been developed. Various concentrations of 6-benzyladenine (BA) and a range of auxins have been investigated for in vitro plantlet production, using rhizomes as explants. In vitro plantlet production has been achieved on 0.75 × Murashige and Skoog (MS) medium supplemented with 12 μM BA, 3 μM ∝-naphthaleneacetic acid (NAA) and 3% sucrose. The procedure ensures 13-fold rate of plantlet production every 4 weeks. Hardened plantlets produced normal storage roots as the parent plants. Around 1,000 plantlets have been produced successfully for field transfer.

KUNYIT PUTIH

1.
Judul :
Kultur jaringan kunir putih (Kaempferia rotunda L.).
Judul terjemahan : Shoot culture of Kaempferia rotunda L.
Sumber : Berita Biologi: jurnal ilmiah biologi : 4 (4) 1998: 175-182
Penulis : Hoesen, Djadja Siti Hazar
Tahun Penerbitan : 1998
Deskriptor : Kaempferia rotundaMeristem cultureTissue culture
Abstrak : Shoot cultures of Kaempferia rotunda L. were established from rhizome segment. In the 1st experimen these explants were planted on Gamborg/B5 medium that supplemented with BA concentrations were (0, 0.5, 1, and 2) mg/l and/or kinetine were (0, 2, and 4) mg/l. In 2nd experiment these explants planted in Murashige and Skoog medium (MS). This medium supplemented with BA concentrations (0, 2, and 4) mg/l and/or NAA (0 and 1) mg/l. The result in the 1st experiment showed that the best proliferated shoots was from the culture that supplemented with BA 1 mg/l and kinetine 4 mg/l, while in the 2nd experiment the best proliferated shoots was from the culture that supplemented with BA 4 mg/l and NAA 1 mg/l. These shoots were then subcultured on MS liquid medium supplemented with BA (5 mg/l) and MS agar medium was supplemented with BA (2 mg/l) + 2iP (0.5 mg/l) + thidiazuron (0.01 mg/l) + NAA (0.5 mg/l). The cultures could induce the shoots number and produce the morphological plantlets for acclimatization, and acclimatization successed on soil and compost mixed medium in ratio 1 : 1. (Pengarang)

2.
Judul :
Model kultur jaringan dalam mempelajari toksisitas curcuma pada kultur fibroblas.
Judul terjemahan : Tissue culture model to study toxicty of curcumin in fibroblast culture
Sumber : Mediagama : 1 (3) Sep 1999: 37-44
Penulis : Budiman, Nany ; Soejono, Sri Kadarsih
Tahun Penerbitan : 1999
Deskriptor : /Tissue culture//Curcumin//Toxicity//Fibroblast//Medicinal plants//Curcuma/
Abstrak : Curcumin, the active ingredient of Curcuma sp, is one of the commonest traditional medicine used in Indonesia. But still little is know about the toxicity of the compound. In vitro test system and Vero cells were chosen to study the yoxicity. Nins replicates were used for the control group and research group. Curcumin suspension of 0.0875, 0.175, 0.35, 0.7 and 1.4 wqas used in each of research group. Observation was conducted after 72 hours incubation. Evaluation of the results is carried out qualitatively (photographics) and quantitatively (Reed & Muench formula). It is obtained that the concertration of curcumin suspension that causes the death of 50 perce of cells or cytopathic effect value (CPE50) is 0.8077 mg/ml and it is shown that 0.175 mg/ml curcumin starts to inhibit the cells groth. (Pengarang)

TEMULAWAK

1.
Judul : Kultur jaringan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan studi awal kemungkinan penggunaan mutagen untuk meningkatkan kadar kurkuminnya
Sumber : Simposium Nasional Temulawak, Bandung, 17-18 Sep 1985
Penulis : Mukbri, Zurhan ; Baihaki, A. ; Soedigdo, P.
Tahun Penerbitan : 1985
Deskriptor : Tissue culturesCurcuma xanthorrhizaCurcuminMutagens
Kode Panggil : 581.634 Sim p

2.
Current Applications of Tissue Culture in Plant Propagation and Improvement
MK Smith and RA Drew
Abstract
Plant tissue culture involves the culture of all types of plant cells, tissues and organs under aseptic conditions. This definition also extends to the culture of excised embryos and to protoplast culture. An overview of tissue culture techniques and their applications in plant propagation and genetic improvement of plants is presented. The areas under review include: (1) embyro culture, (2) meristem culture, (3) micropropagation, (4) somatic embryogenesis, (5) somaclonal variation, (6) in vitro selection, (7) anther culture and (8) protoplast culture. Problems and limitations of each of the techniques are also discussed. Examples are given of work that has been undertaken or that is currently in progress on the application of these techniques to the improvement of Queensland's subtropical horticultural industries. Key examples are: (1) embryo culture to facilitate incorporation of genes conferring disease-resistance from wild Cucurbita species into cultivated varieties, (2) meristem culture for virus elimination in strawberries (Fragaria × ananassa) and sweet potato (Ipomoea batatas), (3) micropropagation for rapid increase in new varieties of ginger (Zingiber officinale) and pineapple (Ananas comosus) to enable more rapid field evaluation and early release, (4) micropropagation of disease-free, genetically uniform planting material of superior female papaya (Carica papaya) selections and banana (Musa spp.) selections and (5) the use of somaclonal variation and gamma-irradiation for the genetic improvement of banana. Finally, future opportunities for the utilisation of tissue culture in plant propagation and improvement in Queensland's horticultural industries are summarised.( Australian Journal of Plant Physiology 17(3) : 267 - 289 )

3.
Multiplication of Curcuma species by tissue culture
YASUDA, K.; TSUDA, T.; SHIMIZU, H.; SUGAYA, A.
Planta Medica, v.54, p.75-79, 1988.

4.
In vitro clonal multiplication of turmeric (Curcuma spp.) and ginger (Zingiber officinale Rosc.)

Plant Cell Reports, Volume 8, Number 9 / January, 1990
S. M. Balachandran1 , S. R. Bhat1 and K. P. S. Chandel1

(1) National Plant Tissue Culture Repository, National Bureau of Plant Genetic Resources, Pusa Campus, 110012 New Delhi, India

Abstract :
Rhizome buds, excised from threeCurcuma spp., and ginger, inoculated aseptically on MS medium with varying levels of BAP and kinetin, produced multiple shoots. For shoot multiplication, a concentration of 3.0 mg/l BAP was found to be optimum for all the species.In vitro plants were successfully established in the field and were morphologically uniform. A simple method to extend the subculture interval was used and its relevance to germplasm conservation is discussed.
Abbreviations BAP 6-benzylaminopurine - kinetin 6-furfurylaminopurine - MS Murashige and Skoog (1962)

5.
Multiplication of Curcuma species by tissue culture

YASUDA, K.; TSUDA, T.; SHIMIZU, H.; SUGAYA, A.

Planta Medica, v.54, p.75-79, 1988.


Sebagian informasi di atas dapat diakses melalui: www.pdii.lipi.go.id
Dokumen lengkap, hubungi:
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII)-LIPI Serpong
Gedung TMC 120, Lantai 1, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang.15310
Telp.: 021-7560537
Email: pdiiserpong@yahoo.com



Rabu, 22 Oktober 2008

JAHE:Kumpulan informasi

1.
Judul :
Manfaat jahe bagi kesehatan.
Sumber : Sidowayah : 8 (31) 1999: 18-20
Penulis : Winarno, M. Wien
Abstrak : Selain sebagai bumbu masak jahe juga dipakai sebagai obat. Bagian tanaman yang diguankan sebagai obat adalah akar tongkatnya yang disebut dengan rimpang. Di Thailand, selain rimpangnya, daun, batang, bunga dan biji dapat pula digunakan sebagai obat. Artikel ini membahas mengenai jenis-jenis jahe, kandungan kimia, manfaat untuk kesehatan, dan penggunaannya di beberapa negara. (Sulistiowati)

2.
Judul Buku :
Jahe : mengenal manfaat dan jenis, budidaya, panen dan pasca panen, bisnis dan pemasaran : kumpulan kliping
Penerbit : Jakarta: Pusat Informasi Pertanian Trubus, 1994.
Deskripsi Fisik : 220 hal.
Lokasi : kli
Kode Panggil : Jah

3.
Judul Buku :
Khasiat dan manfaat jahe merah si rimpang ajaib
Penulis : Mulyono
Penerbit : Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2002.
Deskripsi Fisik : 88 hal.
Lokasi : inf-ttg
Kode Panggil : 615.32439 Kha

4.
Judul :
Pengaruh minyak jahe sebagai bahan antikaries gigi terhadap Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus : laporan penelitian
Penulis : Windarto, Sulistyasih; Adisusanto, Windarto; Ristanto
Penerbit : Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, 1994.
Deskripsi Fisik : 68 hal.
Kode Panggil : 94/5148

5.
Judul :
Minyak atsiri jahe, uji farmakodinamik pada beberapa organ yang mengandung otot polos dan uji teratogenik pada hewan uji tikus : laporan penelitian
Penulis : Budi Mulyaningsih; Pramono, Suwijiyo; Joko Suharjono
Penerbit : Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1996.
Deskripsi Fisik : 37 hal., lamp.
Kode Panggil : 99/0159

6.
Judul : Uji klinik minyak atsiri jahe sebagai anti filariasis pada penderita infeksi Brugia malayi di Daerah Kalimantan : laporan penelitian
Penulis : Budi Mulyaningsih
Penerbit : Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1997.
Deskripsi Fisik : 40 hal.
Kode Panggil : 99/1439

7.
Judul :
Uji aktivitas antimikrobial minyak atsiri dari akar jahe : laporan akhir hasil penelitian dosen muda
Penulis : Yuharmen; Yose, Khristine; Eryanti, Yum
Penerbit : Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, 1998.
Deskripsi Fisik : 24 hal.
Kode Panggil : 99/1592

8.
Judul :
Isolasi dan pemurnian enzim protease dari rimpang jahe : laporan penelitian
Penulis : Safari, Agus
Penerbit : Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, 1994.
Deskripsi Fisik : 22 hal.
Kode Panggil : 00/1516

9.
Judul :
Upaya meningkatkan kualitas produksi dan rendemen minyak jahe pada industri pengolahan jahe, sari jahe asli Klaten : laporan akhir
Penulis : Kurniawati, Linda; Waskito, Stephanus Agus; Malawati, Endah Mulat Sat
Penerbit : Surakarta: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Slamet Royadi Surakarta, 2002.
Deskripsi Fisik : 24 hal., lamp.
Kode Panggil : 03/0280

10.
Judul :
Pemanfaatan ekstrak jahe (Zingiber officinale) untuk mengatasi kelainan antioksidan intrasel pada jaringan tikus akibat stres : laporan akhir penelitian
Penulis : Wresdiyati, Tutik; Astawan, Made; Adnyane, I Ketut Mudite
Penerbit : Bogor: Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, 2003.
Deskripsi Fisik : 120 hal.
Kode Panggil : 04/0754

11.
Judul :
Penetapan kualitas dan kuantitas minyak atsiri rimpang Jahe ditinjau dari perbedaan daerah tempat tumbuh : laporan penelitian
Penulis : Kartini
Penerbit : Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, 2004.
Deskripsi Fisik : 45 hal., lamp.
Kode Panggil : 06/0937

12.
Judul :
Budidaya, pengolahan dan perdagangan jahe
Penulis : Paimin, Farry B; Murhananto
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1991
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-10
Abstrak : Buku ini berisi petunjuk bagi pengusaha yang ingin membuka usaha jahe. Aspek yang dibicarakan dimulai dari jenis jahe, kandungan dan kegunaannya yang mengandung komponen minyak menguap, tidak menguap dan pati. Juga dijelaskan cara budidaya jahe secara monokultur dan tumpang sari, serta dilengkapi cara pengolahan jahe, analisis usaha tani dan perdagangannya.

13.
Judul :
Kandungan dan kegunaan [Jahe]
Sumber : Budidaya, pengolahan, perdagangan jahe, Paimin,Farry B, Hal. 10-17
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1991
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-10
Abstrak : Secara singkay diuraikan kandungan maupun kegunaan jahe. Kandungan jahe retdiri dari oleoresin yang merupakan salah satu senyawa yang dikandung jahe yang dapat diambil, oleoresin ini penyebab rasa pedas dan pahit. Sedangkan kegunaan jahe sebagai obat tradisional. Juga terdapat tabel rasa jahe saat panen dan tabel kandungan minyak volatil dan non volatil saat panen.

14.
Judul :
Pengolahan jahe
Sumber : Budidaya, pengolahan, perdagangan jahe, Paimin, Farry B, Hal. 38-78
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1991
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-10
Abstrak : Bab ini membahas tentang pengolahan masing-masing bentuk jahe. Dalam dunia perdagangan, jahe yang dipasarkan biasanya dalam bentuk jahe segar, kering, asin, dalam sirup, kristal, minyak asiri (minyak jahe), dan oleoresin. Disertai foto-foto dokumentasi trubus.

15.
Judul :
Herba dan tanaman lain yang akar, umbi dan batangnya berkhasiat obat
Sumber : Budidaya tanaman berkhasiat obat : meningkatkan apotik hidup dan pendapatan para keluarga petani dan pkk, Kartasapoetra, G., Hal. 52-77
Penerbitan : Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : A1-7
Abstrak : Aspek yang dibicarakan adalah keterangan dari masing-masing tanaman antara lain famili tanaman, sifat-sifat yang dimiliki, uraian makroskopiknya, kandungan zat kimia, serta khasiat pengobatan terhadap penyakit disertai keterangan dosis yang tepat.

16.
Judul :
Bertanam jahe gajah
Penulis : -
Sumber : Liptan, No. 03/1991
Penerbitan : Yogyakarta: BIP DI Yogyakarta, Departemen Pertanian, 1991
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Z-44
Abstrak : Artikel ini menguraikan secara singkat cara bertanam jahe secara intensif, mulai dari persyaratan tumbuh, bibit, pengolahan tanah, kegiatan penanaman sampai pemeliharaannya. Pemanfaatan jahe gajah ini cukup besar, antara lain untuk rempah-rempah, obat tradisional, makanan dan minuman, sehingga budidaya tanaman ini terus dikembangkan.

17.
Judul :
Pascapanen [Jahe]
Sumber : Jahe, Budi Santoso, Hieronymus, Hal. 38-46
Penerbitan : Yogyakarta: Kanisius, 1989
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-8
Abstrak : Pada dasarnya tindakan pascapanen jahe ditentukan oleh tujuan penggunaannya. Terdapat 2 jenis jahe yang sering diperdagangkan yaitu jahe yang belum dimasak (jahe segar dan jahe kuning) serta jahe yang telah dimasak (minyak jahe dan oleoresin). Diuraikan mengenai jenis-jenis jahe tersebut berikut proses penyulingan minyak jahe dan pembuatan oleoresin, disertai dengan karakteristik mutunya berdasarkan standar EOA.

18.
Judul :
Tanaman berkhasiat obat
Sumber : Toga 3 tanaman obat keluarga, Budi Santoso, Hieronymus, Hal. 30-81
Penerbitan : Yogyakarta: Kanisius, 1998
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Tan
Abstrak : Dalam bab ini dimuat keterangan pokok mengenai: nama tanaman, syarat tumbuh, pedoman bertanam, dan kandungan kimianya. Serta khasiat tanaman meliputi bawang putih, bayam duri, jahe, jeruk nipis, kaki kuda, kejibeling, kumis kucing, kunyit, lengkuas, mentimun, pepaya, sambiloto, sembung, sirih, temu kuncidan temu lawak. Pedoman bertanam yang dibicarakan meliputi pengolahan tanah, persiapan bibit, dan penanaman. Disertakan dengan gambar masing-masing jenis tanaman.

19.
Judul :
Jahe, bukan sekedar bumbu dapur
Sumber : Neraca, 13 Des. 1991. Hal. VII (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 57-58)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Artikel ini memberikan informasi tentang kegunaan jahe selain sekedar bumbu dapur. Jahe dapat diolah menjadi minyak atsiri dengan cara penyulingan. Minyak jahe dapat digunakan sebagai bahan obat dan penyedap makanan (kue, roti, permen, dan lain lain). Selain itu, jahe juga menjadi bahan untuk pembuatan jamu. Dijelaskan secara singkat jenis-jenis jahe, lahan yang cocok untuk bertanam jahe, bibit yang baik, cara pengolahan tanah, dan jarak tanam jahe.

20.
Judul :
Jahe dan manfaatnya sebagai obat
Penulis : Wijaya, Usen
Sumber : Banjarmasin Pos, 8 Jan. 1989. Hal. V (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 60-61)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Artikel ini menguraikan berbagai macam manfaat jahe terutama sebagai obat. Masyarakat Tiongkok sudah sejak lama menggunakan jahe sebagai salah satu ramuan obat tradisional. Kegunaan jahe antara lain untuk merangsang pori-pori, mengatasi influenza, memerangi batuk, mengatasi kerongkongan bengkak, menanggulangi rematik sendi, menyembuhkan diare, melegakan hidung tersumbat, menyembuhkan eksim, dan lain lain. Diuraikan juga ramuan campuran jahe untuk pengobatan penyakit tersebut di atas secara tradisional.

21.
Judul :
Perbaikan pasca panen jahe untuk meningkatkan keuntungan
Penulis : Kurniadi, Atik
Sumber : Sinar Tani, 29 Jul. 1991. Hal. IV (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 79-80)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Untuk meningkatkan pendapatan petani diperlukan penanganan yang baik dalam peningkatan mutu produksi jahe. Dalam artikel ini dijelaskan cara dan waktu pemanenan jahe yang baik untuk mendapatkan jahe yang berkualitas. Diuraikan juga cara pengolahan jahe untuk diperdagangkan antara lain jahe segar, jahe kering (umbleched ginger dan bleached ginger). Selain itu dikemukakan beberapa macam hasil olahan dengan bahan baku jahe yaitu manisan, gula, dan minyak, dilengkapi dengan cara pembuatannya. Cara pengolahan jahe menjadi obat masuk angin dan obat perut mulas juga dimuat dalam tulisan ini.

22.
Judul :
Aspek pasca panen jahe
Penulis : Sri Yuliani; Hernani; Anggraeni
Sumber : Bul. Balitro, 7 (1) 1991: 30 (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 81-87)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Pengolahan jahe merupakan bagian dari kegiatan pascapanen. Pengolahan bahan baku menjadi produk yang siap dipasarkan harus disesuaikan dengan selera konsumen, permintaan pasar, dan persyaratan mutu kesehatan. Tulisan ini menjelaskan metode penyulingan untuk memperoleh minyak jahe. Selain itu dikemukakan juga hasil olahan jahe yang banyak digunakan dalam industri (makanan, minuman, farmasi, jamu) yaitu jahe segar, jahe awetan, dan jahe kering, serta cara pembuatan oleoresin jahe. Cara dan alat untuk pengemasan jahe, serta cara pengeringan dan gambar alat pengering jahe juga dimuat dalam tulisan ini. Disertakan tabel-tabel hasil analisis jahe, sifat fisik kimia jahe kering, syarat umum dan khusus jahe segar.

23.
Judul :
Mengolah jahe segar: mutu syarat mutlak menembus pasar
Penulis : Rukmana, Rahmat
Sumber : Pikiran Rakyat, 11 Jan. 1992. Hal. X (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 88)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Rimpang jahe mempunyai daya guna cukup luas, di antaranya sebagai bumbu masak, sumber minyak atsiri dan oleoresin, bahan baku jamu, obat-obatan, makanan dan minuman, serta diolah menjadi berbagai macam produk industri. Dimuat kriteria mutu (kelas) jahe yaitu super I, II, III, dan umum untuk kepentingan perdagangan ekspor. Dijelaskan juga cara pemanenan dan pemeliharaan jahe pascapanen untuk mendapatkan jahe berkualitas. Tulisan ini juga dilengkapi dengan tabel hasil analisis beberapa contoh jahe segar di Balitro.

24.
Judul :
Beberapa cara mengolah jahe untuk konsumsi ekspor
Penulis : Husaini, Lisnawati
Sumber : Suara Pembaruan, 14 Jun. 1992. Hal. V (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 90-91)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Jahe dapat diolah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis tinggi dan lebih awet seperti dalam bentuk jahe kering, awetan jahe, minyak atsiri, dan oleoresin. Dalam artikel ini dimuat perbandingan peningkatan ekspor jahe Indonesia tahun 1986 sampai 1990. Dijelaskan jenis-jenis olahan jahe yang dapat dikemas, dan laku di pasaran internasional serta pengolahannya yang berbeda-beda oleh beberapa negara.

25.
Judul :
Menyuling minyak jahe
Penulis : Sarwono, B.
Sumber : Trubus, (Apr.) 1984: 249 (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 105-108)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Selain dibuat gaplek, tepung jahe, dan lain lain, rimpang jahe bisa juga diambil minyak atsirinya. Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetika, dan bahan penyedap masakan. Dibahas cara penyulingan minyak atsiri dan umbi jahe, peralatan penyulingan yang dibutuhkan, dilengkapi dengan gambar. Dibahas juga cara pengemasan minyak jahe untuk ekspor.

26.
Judul :
Jahe lahan kering berpeluang ekspor
Penulis : Harjoyo, Suti
Sumber : Suara Merdeka. 9 Jul. 1990. Hal. XII (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 113-114)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Pemanfaatan lahan kering untuk ditanami jagung di tumpangsarikan dengan jahe dilakukan di Boyolali dengan bantuan Pilot Proyek Kredit Usaha Tani Konservasi Tanah (P2KUK). Dijelaskan cara pemberian kredit, persyaratan penerima kredit, dan jumlah kredit yang disediakan. Hasil jahe yang diperoleh dari lahan kering ini dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan dan mempunyai peluang untuk diekspor.

27.
Judul :
Jahe menjanjikan keuntungan lebih besar
Penulis : Kornel
Sumber : Suara Karya, 5 Nov. 1991. Hal. VII (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 117-118)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Jahe semakin banyak dibutuhkan orang karena bermanfaat untuk campuran makanan dan minuman, obat-obatan, kesehatan, bahan kosmetika, dan minyak wangi. Khususnya jahe muda dari varietas gajah banyak diekspor dalam bentuk asinan. Dijelaskan keengganan para petani mengusahakan tanaman jahe karena sulit mendapatkan bibit, adanya penyakit bakteri layu, dan lain lain. Namun para pakar berhasil menyakinkan para petani dengan memberikan informasi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sehingga usaha tani jahe kemudian dapat memberikan keuntungan besar. Dijelaskan pula standar ekspor jahe yang dibutuhkan pembeli.

28.
Judul :
Saatnya dikembangkan oleoresin jahe
Penulis : Budi Santoso, Hieronymus
Sumber : Kedaulatan Rakyat, 27 Mei 1992. Hal. VIII (dalam: Kumpulan kliping jahe I. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 124)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Oleresin merupakan produk baru dari bahan asal rempah-rempah setelah melalui proses ekstraksi. Artikel ini memberikan informasi tentang penggunaan oleresin siap pakai (industri makanan dan minuman). Petani jahe kita selama ini masih bertumpu pada persoalan produksi, tanpa menyentuh dimensi pasar. Produsen oleresin masih dikuasai oleh negara-negara lain seperti Inggris, Amerika, Australia, dan lain lain. Untuk itu disarankan agar pemerintah dapat melakukan pembinaan kepada petani jahe yang lebih diarahkan untuk pembuatan produk oleresin.

29.
Judul :
Proses pengolahan instan jahe
Penulis : Kamer, S.A.
Sumber : Sinar Tani, 24 Jul. 1993. Hal. V (dalam: Kumpulan kliping jahe II. Jakarta, PIP Trubus, 1994. Hal. 148)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Jah
Abstrak : Istilah instan ditujukan pada semua produk makanan yang siap saji hanya dengan menambahkan air panas atau air dingin. Dalam artikel diuraikan pembuatan sari jahe disertai kadar nutrisinya. Selanjutnya diuraikan cara pembuatan instan jahe secara rinci, disertai skema proses pembuatan.

30.
Judul : Kegunaan [Jahe]
Sumber : Bertanam jahe, Afriastini, J.J., Hal. 34-38
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1983
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-9
Abstrak : Manfaat rimpang jahe dapat di bagi ke dalam beberapa macam misalnya untuk minyak atsiri, penyedap makanan, bahan baku minuman, makanan kecil dan obat-obatan. Bab ini menguraikan cara membuat manisan jahe, sirop jahe, dan obat-obatan dari jahe.

31.
Judul :
Penyulingan minyak [Jahe]
Sumber : Bertanam jahe, Afriastini, J.J., Hal. 32-33
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1983
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-9
Abstrak : Bagian kulit luar jahe yang menutupi umbi batang dan umbi akar merupakan lapisan tebal berupa gabus. Di dalamnya terdapat jaringan parenchym, dan dalam jaringan itu bertebaran sel-sel kelenjar yang berwarna kuning dan mudah menguap yang disebut minyak atsiri. Bab ini menguraikan secara singkat cara penyulingan jahe yaitu penyulingan uap (steam distillation) dan cara ekstraksi untuk memperoleh minyak atsiri.

32.
Judul :
Penetapan standar mutu jahe
Sumber : Bertanam jahe, Afriastini, J.J., Hal. 29-31
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1983
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-9
Abstrak : Jahe adalah salah satu dari beberapa rempah yang masih diakui sebagai tumbuhan obat sebagaimana tertera dalam British Pharmacopoeia 1973. Jahe yang dimaksud meliputi umbi batang dan umbi akar tanaman, yang dikikis atau dikupas kulitnya yang hitam bekas dijemur di panas matahari. Bab ini menguraikan standar mutu jahe yang ditentukan oleh keadaan luar, susunan zat-zat yang dikandungnya, dan syarat-syarat yang sudah ditentukan (kadar alkohol, abu, air, dan kadar abu yang dapat larut dengan air).

33.
Judul :
Pemungutan dan pengolahan hasil [Jahe]
Sumber : Bertanam jahe, Afriastini, J.J., Hal. 11-28
Penerbitan : Jakarta: Penebar Swadaya, 1983
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y-9
Abstrak : Bab ini menjelaskan tentang panen jahe (umur jahe yang sudah dapat dipanen dan cara panen), dan pengolahan hasil yang mencakup cara pengawetan, cara pengolahan manisan jahe dan gula jahe. Dilengkapi dengan gambar proses pembuatan jahe putih, jahe kering hitam, jahe yang dipucatkan, jahe sistem India, manisan jahe, dan proses pengeringan jahe sistem Jamaica.

34.
Judul :
Sirup jahe
Penulis : -
Sumber : Paket Industri Pangan Untuk Daerah Pedesaan, , Hal. 1-6
Penerbitan : Bogor: FTDC Pusbangtepa,IPB, 1983
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Y1-8
Abstrak : Bab ini membahas tentang pengolahan jahe yang diolah menjadi salah satu bentuk praktis yaitu sirup jahe, sehingga penggunaan untuk minuman hanya dengan cara pengenceran saja. Aspek yang dibahas meliputi: bahan dan alat yang dibutuhkan, cara pengolahan. Ditampilkan pula skema proses pembuatan sirup jahe, analisa ekonomi disertai beberapa gambar untuk memperjelas keterangan.

35.
Judul :
Berbagai manfaat tanaman obat: para petani umumnya belum mengetahuinya
Penulis : Rukmana, Rahmat
Sumber : Pikiran Rakyat, 28 Des. 1991. Hal. X (dalam: Kumpulan kliping tanaman obat I. Jakarta, PIP Trubus, 1995. Hal. 5)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Tan
Abstrak : Pendayagunaan plasma nutfah tanaman obat semakin penting untuk meningkatkan ekspor non migas, sumber bahan baku obat (jamu), dan menaikkan pendapatan petani. Dibahas dalam artikel ini tanaman yang digunakan untuk obat tradisional (jamu), seperti: jahe, temu lawak, kunyit, dan kumis kucing. Perlu upaya memasyarakatkan budidaya tanaman obat, serta adanya investor untuk mengembangkan PIR sehingga petani tergugah untuk berwiraswasta dalam tanaman rempah dan obat.

36.
Judul :
Jahe penghalau masuk angin dan batuk
Penulis : Purnata, Alit
Sumber : Bali Pos, 3 Apr. 1988. Hal. III (dalam: Kumpulan kliping tanaman obat II. Jakarta, PIP Trubus, [s.a.]. Hal. 222)
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Tan
Abstrak : Dalam artikel ini diuraikan secara ringkas mengenai asal dan cara budidaya tanaman jahe. Diulas juga mengenai manfaatnya sebagai penghalau masuk angin, batuk, dan sakit gigi. Berikut cara meracik dan pemakaiannya.

37.
Judul :
Pengolahan dan penganekaragaman hasil
Penulis : Hemani; Mulyono,Edi
Penerbitan : Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1997, hal. 122-128
Abstrak : Dalam proses pengolahan jahe, pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi termasuk kandungan senyawa yang berperan dalam performansinya, harus tetap diperhatikan karena berkaitan dengan hasil akhir olahan. Jahe dapat diolah menjadi berbagai produk atau langsung dikemas dalam karung plastik yang berongga dan siap untuk diekspor. Dari jahe dapat dibuat berbagai produk yang bermanfaat dalam menunjang industri obat tradisional, farmasi, kosmetik dan makanan/minuman. Ragam bentuk hasil olahannya antara lain berupa simplisa, oleoresin, minyak atsiri dan serbuk.

38.
Judul : Pengembangan untuk fitofarmaka
Penulis : Yuliani,Sri; Yanti,Linda
Penerbitan : Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah, 1997, hal. 129-135
Abstrak : Berdasarkan penelitian dinyatakan bahwa efek farmakologi fitoterapitika merupakan efek total dari keseluruhan zat-zat yang terkandung dalam tumbuhan, sedangkan pengujian yang dilakukan melalui hewan baik secara vitro maupun invivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak jahe mengandung 60 komponen kimi dan komponen kimi jahe terdiri dari minyak atsiri 2-3, pati, resin, asam-asam organik, asam malat dan gingerin. Dan HMP 33 (hasil isolasi ekstrak jahe dari unsur gingerol yang telah dihilangkan shogaolnya) digunakan sebagai bahan aktif utama zinax dan setiap kapsul mengandung 255 mg ekstrak HMP 33 setara dengan 6600 mg ekstrak bubuk jahe.

39.
Judul :
Rancang bangun alat pascapanen
Penulis : Risfaheri; Supriatna,Agus; Laksamanahardja,M.Pandji
Penerbitan : Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1997, hal. 111-121
Abstrak : Alat mesin untuk penanganan dan pengolahan jahe yang aplikatif dilapangan akan meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Alat pengupas dengan tenaga motor listrik mempunyai efisiensi pengupasan 83,46 dan kehilangan 4,33. alat ini berkapasitas 200 kg/jam. Alat penyuling jahe, mempunyai tiga metode penyulingan, metode uap langsung, uap air/dikukus dan perebusan. Penyulingan dengan bahan jahe kering lebih cocok dilakukan secara dikukus. Penyulingan jahe basah dilakukan dengan sistem uap langsung (tekanan 2,5 atm dalam ketel uap).

40.
Judul :
Penelitian Peningkatan Prosesing Lepas Panen Jahe
Penulis : Moertinah,Sri
Penerbitan : Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1980/1981, 26 hlm.
Kode Panggil : 63
Abstrak : Pada penelitian ini pengolahan tradisional diperbaiki dengan cara mempersiapkan jahe dengan baik,yaitu dipilih dan dicuci bersih.Untuk memperoleh kandungan minyak menguap yang optimal cara pengirisan terbaik adalah secara membujur,dan ternyata menghasilkan kandungan minyak mengua yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengirisan melintang.Dengan pengeringan sinar matahari,waktupengeringan optimal adalah 15 jam dengan kandungan air 7,95 dan kandungan minyak menguap 2,58(basis kering).BIla disimpan di udara terbuka,pada bulan kedua jahe mulai ditumbuhi jamur.Bila disimpan di udara tertutup,selama lima bulan jahe masih tetap bagus.Untuk jahe yang dicelup dengan kapur,konsentrasi kapur terbaikuntuk mendapat minyak menguap optimal adalah kapur jenuh dengan waktu pencelupa tiga perempat jam dan waktu pengeringan 15,5 jam dengan kadar air 6,65dan kandungan minyak menguap adalah 3,07(basis kering) serta kandungan Ca( CaO basis kering) adalah 1,89

41.
Judul :
Pascapanen (jahe)
Penulis : Santoso, Hieronymus Budi
Penerbitan : Yogyakarta: Kanisius, 1989, Hal. 38-46
Kode Panggil : 63
Abstrak : Pada dasarnya tindakan pasapanen ditentukan oleh tujuan penggunaannnya, atau lebih tepat dikatakan untuk apa jahe diolah ?. Dalam dunia perdaganagn ada dua jenis jahe yaitu jahe yang belum dimasak yang meliputi jahe segar dan jahe kering, serta jahe yang telah dimasak , seperti minyak jahe dan oleoresin. Untuk jahe segar yang mutunya baik menurut standar Perdagangan dituntut kadar air maksimum 12 , kadar minyak atsiri minimum 1,50 ml/100 gram, kadar abu maksimum 8 dan benda asing 2 Pembuatan oleoresin jahe di Ballitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) Bogor, menghasilkan rendemen 5,23 dengan menggunakanpelarut aseton dan dilakukanseara batch. Sedangkan penyulingan yang dilakukan Ballitro, dari 16 kg jahe kering dihasilkan minyak jahe 1,82 .

42.
Judul :
Pembuatan anggur jahe
Penulis : Yanti, Linda; Hernani; Sri Yuliani
Sumber : Buletin Littro, 7(1) 1992: 1-4
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Maj-679
Abstrak : Hasil analisis terhadap anggur jahe menunjukkan lama fermetasi akan meningkatkan total asam dan kejernihan, tetapi menurunkan kadar alkohol. Sedangkan konsentrasi gula meningkatkan total padatan terlarut dan gula pereduksi. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa konsentrasi gula akan meningkatkan kesukaan, sedangkan lama fermentasi tidak mempengaruhi kesukaan finalis. Ternyata pemberian gula 30 persen dengan lama fermentasi 15 hari menghasilkan anggur jahe yang paling disukai.

43.
Judul :
Pasca panen jahe
Penulis : Anny N.
Sumber : Bul. Perbaikan Menu Makanan Rakyat, (ed. khusus) 1997: 7-10
Lokasi Artikel : TTG Kode Panggil : Maj-283
Abstrak : Jahe umumnya digunakan sebagai rempah-rempah dan bahan pembuat jamu. Dalam perdagangan skala besar dipasarkan dalam bentuk jahe segar, kering, asin; jahe dalam sirop; minyak atsiri; dan oleoresin. Diuraikan tentang penanganan dan pengolahan jahe mulai dari jahe segar (untuk konsumsi dan bibit), jahe kering (tanpa dikuliti, setengah dikuliti seluruhnya), bubuk jahe, jahe olahan (asinan dan sirop), minyak atsiri, dan oleoresin.

44.
Judul :
Menyuling minyak jahe
Sumber : Trubus : majalah pertanian , 15 (173) 1984: 249-251
Penulis : Sarwono, B.

45.
Judul :
Pembuatan minuman sari jahe
Sumber : Profil Balai Industri Ambon , 2 (05) 1985: 17-20
Penulis : Haryani, Nuniek

46.
Judul :
Ekstraksi pleoresin dari jahe (Zingiber officinale)
Sumber : Media Teknol Pangan, 2 (2) 1986: 10-19
Penulis : Djubaedah, Endah

47.
Judul :
Perubahan mutu minyak atsiri selama proses pembuatan oleoresin jahe (Zingiber officinale Roscoe)
Sumber : Buletin Penelitian Ilmu & Teknologi Pangan : 2 (2) 1991: 1-5
Penulis : Wirakartakusumah, M. Aman ; Nurjanah, Nanan ; Kusumawardhani, Ais Lestari

48.
Judul :
Penelitian pengembangan pasca panen jahe
Sumber : Evaluasi Hasil Penelitian Tanaman Industri April 1991 - Maret 1995: prosiding, Bogor, 20-23 Mar 1995
Penulis : Laksmanahardja, M. Pandji ; Ermiati ; Tri Marwati ; Sri Yuliani
Deskripsi Fisik : 12 hal.
Kode Panggil : 633 Eva p

49.
Judul :
Budidaya tumbuhan obat jahe sebagai bahan baku industri
Sumber : Simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik APINMAP: prosiding, Bogor, 10-12 Okt 1995
Penulis : Iskandar, M.I. ; Ismanto, Agus
Deskripsi Fisik : 5 hal.
Kode Panggil : 615.32 Sim p

50.
Judul :
Jahe
Sumber : Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : 10 (2) 1994: 1-22
Penulis : Risfaheri ; Hidayat, Tatang ; Yanti, Linda

51.
Judul :
Pemanfaatan jahe kualitas rendah untuk bahan baku sirup oleoresin jahe.
Sumber : Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : 9 (2) 1994: 67-71
Penulis : Risfaheri ; Anggraeni
Abstrak : Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat dari bulan Juni 1993-Maret 1994. Bahan baku untuk penelitian diperoleh dari Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah jahe kualitas rendah. Penelitian terdiri atas dua tahap" (1) analisis mutu jahe dan pembuatan oleoresin dan (2) pemanfaatan oleoresin untuk sirup. Percobaan berbentuk faktorial AxBxC dengan ulangan masing-masing dua kali. Sebagai perlakuan adalah A (konsentrasi oleoresin), B (emulsifier) dan C (konsentrasi asam sitrat). Hasil penelitian menunjukkan rendemen oleoresin dan kadar minyak rimpang jahe kualitas rendah (8.50-8.69 persen) dan (1.77-2.09 persen) lebih rendah dari jahe kualitas ekspor (10.13 persen) dan 2.60 persen). Komposisi sirup oleoresin yang paling disukai terdiri atas (dalam 100 ml): 0.60-1.00 g oleoresin, 0.75 g asam sitrat, 0.50 g NaCl dan 150 g gula. Penggunaan emulsifier (gelatin) untuk menetralisir suspensi oleoresin dalam sirup menurunkan kualitas penampakan dan rasa. Bila digunakan metode penyaringan untuk menetralisir suspensi oleoresin, rasa dan warna lebih baik walaupun terjadi sedikit penurunan aroma. Sirup oleoresin dapat digunakan dengan pengenceran 1:5.

52.
Judul :
Efek kandungan aktif jahe terhadap mikrofilaria Brugia malayi pada Felis catus, L.
Sumber : Berkala Ilmu Kedokteran Gadjah Mada : 27 (2) 1995: 57-62
Penulis : Budi Mulyaningsih ; Pramono, Suwijiyo ; Soeyoko
Abstrak : Zingiber officinale, Rosc. is a well know plant which can be used for the treatment of various diseases, and has been reported as an effective medicinal plant against Dirofilaria immitis in animal. The volatile oil and the pungent of Zingiber officinale, Rosc. have been efectively used against larvae stage 3 (L3) B. malayi in vitro study. This study was designed to investigate the effect of the volatile oil and the pungent of Zingiber officinale, Rosc. against microfilaria B. malayi in Felis. L. Antifilarial activity of the pungent compound (isolate 1) and the volatile oil were assayed in vitro. The results showed that the volatile oil had the most quantity (rendement 0,5 percent) and its activity against microfilariae B. malayi was higher than that of isolate 1, but lower than that of the dietycarbamasine drug.

53.
Judul :
Pengaruh pemberian air perasan rimpang jahe terhadap farmakokinetika propranolol pada tikus.
Sumber : Maj Farm Indones : 11 (1) 2000: 10-16
Penulis : Hakim, Arief Rahman ; Hakim, Lukman
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh air perasan rimpang jahe terhadap farmakokinetika propranolol. Sekelompok tikus jantan Sprague-Dawley (180-200 g) dibagi menjadi 4 kelompok secara acak. Kelompok I (kontrol) diberikan propranolol dosis tunggal secara oral (7,5 mg/kg BB). Kelompok II, III dan IV (perlakuan) berturut-turut diberikan perasan rimpang jahe dengan dosis 2, 4 dan 8 ml/kg BB (peroral) satu jam sebelum pemberian propranonlol (7,5 mg/kg BB; po). Setelah pemberian propranolol, darah (0,2 ml) dicuplik dari vena ekor pada interval waktu tertentu untuk penetapan kadar propranolol utuh dalam plasma secara spektrofluorometri (eksitasi 291 nm dan emisi 338 nm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga konstant kecepatan absorpsi (Ka) dan volume distribusi (Vdss) tanpa dan dengan perasan rimpang jahe relatif tetap (P>0.05). Namun demikian harga AUCO-inf dan Cmaks turun (21-25 persen) dan 13-15 persen) dan waktu paro eliminasi (T1/2) propranolol diperpendek (8-17 persen) karena adanya perasan rimpang jahe (4 dan 8 ml/kg BB). Kedaan ini terjadi karena klirens total (CLt/F) obat tersebut bertambah besar secara nyata karena perasan timbang jahe (25-33 persen). (Pengarang)

54.
Judul :
Uji toksisitas minyak atsiri jahe (Zingiber officinale) sebagai antifilariasis pada hewan uji mencit dan tikus.
Sumber : Berk Ilmu Kedokt UGM : 31 (2) 1999: 71-76
Penulis : Budi Mulyaningsih ; Oramono, Suwijiyo ; Djoko Suhardjono
Abstrak : Tujuan untuk mengetahui potensi ketoksikan akut dan sub kronis pada hewan dan efek toksis minyak atsiri jahe dan jenis organ yang terkena. Uji ketoksikan akut dilakukan dengan menggunakan hewan uji mencit dan tikus, sedang untuk uji ketoksikan sub kronis hanya digunakan hewan uji mencit. Rerata nilai LD50 minyak atsiri jahe pada mencit adalah 12,990 lebih kurang 1,021 ml/kg. Analisis hematologi rutin pada uji ketoksikan akut maupun sub kronis tidak menunjukkan adanya perubahan nilai bila dibandingkan dengan nilai kontrol. Mekanisme yang bertanggung jawab atas kematian hewan uji kemungkinan adalah adanya kontraksi otot polos terutama pada saluran nafas (trachea). (Pengarang)

55.
Judul : Uji klinik minyak atsiri jahe sebagai anti filariasis pada penderita infeksi Brugia malayi di Daerah Kalimantan.
Sumber : Berkala Ilmu Kedokteran Gadjah Mada : 31 (3) 1999: 151-157
Penulis : Mulyaningsih ; Sudjadi, F.A. ; Suhardjono, D. ; Pramono, S.
Abstrak : Latar belakang dari penelitian terdahulu diketahui bahwa minyak atsiri jahe dapat dikembangkan untuk pengobatan filariasis pada manusia. Empat puluh orang penderita filariasis malayi dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 diberi minyak atsiri jahe dalam sirup madu dan kelompok II hanya diberi sirup madu (plasebo), masing-masing selama 28 hari berturut-turut. Kepadatan mikrofilaria sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok dihitung dan dianalisis dengan probit. Kesimpulan minyak atsiri jahe dapat dikembangkan sebagai obat anti-filariasis. (Pengarang)

56.
Judul : Potensi daya antibakteri beberapa tanaman rempah dan obat terhadap isolat Ralstonia solanacearum asal jahe.
Sumber : Hayati: jurnal biosains : 6 (2) 1999: 43-46
Penulis : Supriadi ; Winarti, Christina ; Hernani
Abstrak : This research was aimed to evaluate antibacterial activity of 12 essential oils, and 10 crude extracts of different spice and medicinal plants on Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum, bacterial wilt disease of many crops. Essential oils were obtained by steam distillation of plant leaves, flowers, and rhizomes or seeds, while plant extracts by methanol extraction of rhizomes. Antibacterial activity of essential oil was evaluated using filter disc method at concentration of 1, 10, and 100 persen (v/v) (15 miul/disc), whereas of plant extracts were evaluated using agar medium method at concentrations of 0, 0.1, and 1.0 persen (w/v). Results showed that all essential oil tested showed antibacterial activity to R. solanacearum. Antibacterial activities of cinnamon (Cinnamomum zeylanicum), clove (Syzygium aromaticum), and Kaempferia galanga oil were stronger than those of the others and streptomycin. Four extracts tested i.e. Boesenbergia pandurata, Uncaria gambir, Curcuma xanthorrhiza, and C. domestica were able to inhibit R. solanacearum growth. This study indicated that several essential oils and plant extracts are potential as botanical bactericides, therefore needs to be studied further. (Pengarang)

57.
Judul :
Pengaruh pemberian perasan rimpang jahe (Zingiber officinale, Rosc) terhadap farmakokinetika salisilat pada kelinci.
Sumber : Majalah Farmasi Indonesia=Indonesian Journal of Pharmacy : 11 (3) 2000: 136-141
Penulis : Sugihartini, Nining ; Hakim, Lukman
Abstrak : Jahe (Zingiber officinale, Rosc) banyak digunakan oleh masyarakat sebagai jamu tradisional, minuman penyegar dan pelengkap masakan. Konsumsi jahe pada saat menggunakan suatu obat potensial beresiko terjadinya interaksi yang merugikan antara obat dengan senyawa aktif yang terkandung pada jahe. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penggunaan air perasan jahe terhadap farmakokinetika salisilat pada kelinci. Penelitian ini menggunakan rancangan uji sama subyek terhadap 6 ekor kelinci dengan dua macam perlakuan dan kontrol, dengan washing out selama satu minggu. Terhadap kelinci kelompok kontrol diberikan natrium salisilat dosis 50 mg/kg BB secara intraperitonial. Kelinci kelompok perlakuan I, diberikan natrium salisilat dosis 50 mg/kg BB, setelah diberikan perasan rimpang jahe dosis 4 ml/kg BB secara peroral satu jam sebelumnya. Kelinci kelompok perlakuan 11, diberikan perasan rimpang jahe dosis 4 ml/Kg BE secara peroral selama 4 hari berturut-turut dan pada hari kelima diberi natrium salisilat dosis 50 mg/kg BB secara intraperitonial. Sampling darah dari vena marginalis telinga dilakukan pada waktu tertentu sampai dengan menit ke-360 dari waktu pemberian natrium salisilat. Kadar salisilat dalam darah ditetapkan kadarnya secara spektrofluorometri pada lambda ex 304 nm dan lambda em 443 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian perasan rimpang jahe dosis 4 ml/kg BB selama empat hari berturut-turut telah meningkatkan harga AUC o-oo dan Cpmax dan menurunkan harga parameter Cl, Vdss, MRT dan t1/2 eliminasi. Pemberian perasan rimpang jahe dosis 4 ml/kg BB satu jam sebelum pemberian natrium salisilat hanya menurunkan harga parameter Vdss dan meningkatkan harga parameter AUCo-oo Harga parameter t mak tidak mengalami perubahan dengan pemberian perasan rimpang jahe. Berarti pemberian perasan rimpang jahe mampu meningkatkan absorpsi dan menurunkan eliminasi salisilat. (Pengarang)

58.
Judul :
Penghambatan oksidasi LDL oleh ekstrak air jahe (Zingeber officinale roscoe) secara in vitro.
Sumber : Agritech : majalah ilmu dan teknologi pertanian
Penulis : Tri Septiana, Aisyah ; Zakaria, Fransiska Rungkat
Deskripsi Fisik : 22 (1) 2002: 17-21
Abstrak : Oxidative modification of LDL is believed to play an important role in atherogenesis. Water extract of ginger rhizomes exhibited antioxidative activity is higher than alpha tocopherol using linoleic acid as substrate. In addition, these extract is kind of ginger extract that daily consumed so may be can be used as funtional food. We investigated the effect of in vitro these extract enrichment of LDL on the prevention of oxidative LDL by CuS04. Plasma was supplemented with 430, or 4300 miug/ml water extract in dimethylsulfoxide (DMSO) (10 miul DMSO per ml plasma), incubated, and the LDL was isolated. Ginger extract also was suplemented on LDL isolate, and incubated. Lag phase and malonaidehide content was analized after the isolated LDL was oxidized using CuSO4. The result showed that water extract of ginger rhizomes suplementation reduced malonaidehide formation depended on its suplementation. Suplementation these extract on plasma (4300 gg/ml plasma) only reduced 19,04persen malonaldehide content, whereas ot tocopherol suplementation can reduced 26,29persen malonaidehide formation. These extract suplementation on LDL isolate can reduced 43,91persem malonaldehide formation. This research has shown that ginger extract is capable of protecting LDL from oxidation. (Pengarang)

59.
Judul :
Gambaran struktur histologik hepar dan ren mencit setelah perlakuan infusa akar rimpang jahe (Zingiber officinale) dengan dosis bertingkat.
Sumber : Jurnal Kedokteran Yarsi
Penulis : Ghufron, Muhammad
Deskripsi Fisik : 9 (1) 2001: 72-88
Abstrak : Traditional medicine or original Indonesian herbal medicine, to some extend empirically proved to be useful, however up till now the optimal dosage and its safety have never been reported. The objective of this study is to know the microscopic structure of mice liver and kidney after giving a multi dosage infusion of rhizomes of Zingiber officinale. The subjects consisted of 24 female mice in good general condition, 3 months old with body weigh around 25-30 gr, divided into 4 groups of 6 mice each. Water was given ad libitum and 521 to all of groups. The first group (PI) was given 521 and aquadest, the second group (P2) was given infusion of Zingiber rhizomes with 45percent concentration. P3 and P4 were given 90percent and 180percent consentration. All of the oral treatment were continued for a month, and then all the animals were slaughtered. Liver and kidney microscopic slides were made with parafin method and hematoxylin eosin Yellowish staining. Histological structure of the 90percent concentration of Zingiber rhizomes showed hydrophic degeneration of the liver cells, but not on epithelial cell of kidney tubules. The polymorphonuclear cell colony begin to appear on both liver and kidney on the 45percent concentration. (Pengarang)

60.
Judul :
Efek air perasan rimpang jahe terhasap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella dysenteriae.
Sumber : Media Farmasi = An Indonesian Pharmaceutical Journal
Penulis : Sinaga, Siti Morin ; Yuliati, Rola ; Julita, Neisy
Deskripsi Fisik : 10 (2) 2002: 195-201
Abstrak : Telah dilakukan penelitian efek air perasan rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella dysenteriae dan perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan berdasarkan Standard Plate Count. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air perasan rimpang jahe pada konsentrasi 10persen-40persen dengan masa inkubasi selama dua hari dan pada konsentrasi 30persen - 40persen dengan masa inkubasi selama tiga hari masing-masing dapat menghambat pertubuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella dysenteriae. (Pengarang)

61.
Judul : Pengaruh air persan rimpang jahe terhadap toksisitas akut propanolol dan kinidin pada mencit.
Sumber : Majalah Farmasi Indonesia = Indonesian Journal of Pharmacy
Penulis : Purwantiningsih ; Hakim, Lukman
Deskripsi Fisik : 14 (2) 2003: 312-315
Abstrak : Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan fakta bahwa air perasan jahe dapat mempengaruhi farmakokinetika propanolol dan sulfamezatin. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut pengaruh air perasan rimpang jahe terhadap toksisitas akut propranolol dan kinidin (obat dengan kisar terapi sempit). Mencit dibagi dalam dua kelompok (perlakuan dan kontrol) secara random baik untuk uji toksisitas akut propranolol maupun kinidin. Pada kelompok kontrol yang terbagi dalam 4 peringkat dosis diberikan propranolol (I = 69 mg/kgBB, II = 82,80 mg/kgBB, III = 99,36 mg/kgBB dan IV = 119,23 mg/kgBB), atau kinidin (I = 265 mg/kgBB, II = 344,50 mg/kgBB, III = 447,85 mg/kgBB, IV = 582,25 mg/kgBB) secara intraperitonial dan kelompok perlakuan mendapat praperlakuan air perasan jahe (5,6 ml/kg BB) secara oral satu jam sebelum diberikan propranolol atau kinidin dengan dosis sama.

62.
Judul :
Pengaruh air perasan rimpang jahe terhadap farmakokinetika sulfamezatin pada tikus.
Sumber : Majalah Farmasi Indonesia = Indonesian Journal of Pharmacy
Penulis : Purwantiningsih ; Hakim, Lukman
Deskripsi Fisik : 14 (1) 2003: 250-255
Abstrak : Jahe merupakan bahan yang banyak dikonsumsi masyarakat, sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat tradisional. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan fakta bahwa air perasan rimpang jahe dapat mempengaruhi farmakokinetika propranolol (mewakili obat-obat dengan ER tinggi). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut pengaruh air perasan rimpang jahe terhadap farmakokinetika obat dengan ER tinggi yang lain (digunakan sulfamezatin sebagai obat model). Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dibagi dalam dua kelompok guna mendapatkan data darah dan data urin. Pada kelompok data darah hewan uji (tikus) dibagi dalam dua kelompok, kelompok I (N=6) mendapat suntikan sulfamezatin (50 mg/kg BB) secara i.p. Kelompok II (N=6) mendapat praperlakuan air perasan rimpang jahe (4 ml/kg BB) satu jam sebelum pemberian sulfamezatin. Sulfamezatin utuh ditetapkan menggunakan metode Brafton-Marshall yang telah dimodifikasi. Dari data darah ini dihitung Ka, Cmaks, Tmaks, Vdss, AUC, Cl, dan T1/2el. Pada kelompok data urin digunakan dua kelompok tikus dengan perlakuan sama seperti tikus untuk kelompok data darah. Kadar sulfamezatin dihitung dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam setelah perlakuan. Dari data urin dihitung harga Fel. Berdasarkan harga-harga parameter farmakokinetika yang diperoleh, dapat dinilai pengaruh air perasan rimpang jahe terhadap farmakokinetika sulfamezatin. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa terjadi penurunan bermakna harga Cmaks (16,72persen) dan AUC (22,92persen) serta kenaikan harga Vdss (18,39persen), Cl (38,29persen), ClR/F (213,11persen) dan Fel(24 jam) (128,58persen). Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa pemberian air perasan rimpang jahe pada tikus (4 ml/kg BB) satu jam sebelum perlakuan dengan sulfamezatin dapat mempengaruhi farmakokinetika sulfamezatin. (Pengarang)

63.
Judul :
Efek perlindungan ekstrak jahe terhadap respon imun mencit yang diberi perlakuan stres oksidatif oleh paraquat
Sumber : Seminar Nasional Makanan Tradisional: prosiding, Yogyakarta, 16 Mar 1999
Penulis : Prangdimurti, Endang ; Zakaria, Fransiska R. ; Fardiaz, Srikandi ; Sajuthi, Dondein
Deskripsi Fisik : 8 hal.
Kode Panggil : 641 Sem p

64.
Judul :
Khasiat minuman tradisional "sari ayam-jahe" untuk meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu)
Sumber : Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional: prosiding, Jakarta, 9-11 Jun 1995
Penulis : Sulaeman, Ahmad ; Marliyati, Sri Anna ; Mulyaningsih, Yeni
Deskripsi Fisik : 12 hal.
Kode Panggil : 641 Wid p

65.
Judul :
Skrining fitokima dan uji efek antiradang ekstrak rimpang jahe pada tikus galur wistar
Sumber : Media Farmasi
Penulis : Rosidah
Deskripsi Fisik : 9(2) 2001: 101-109
Abstrak : Telah dilakukan penelitian skrining fitokimia dan uji efek antiradang fraksi n-heksana, etilasetat dan air dari ekstrak etanol jahe (Zingiber officinale Roxb, varietas amarum, Zingiberaceae). Uji antiradang dilakukan pada tikus jantan galur Wistar dengan penginduksi radang karagenan dari pembanding indometasin. Hasil skrining fitokimia dari serbuk rimpang jahe mengandung senyawa flavonoida dan steroida/triterpenoida. Hasil pemeriksaan kimia ekstrak rimpang jahe secara kromatografi lapis tipis menunjukkan paling sedikit 10 bercak/senyawa yang belum terpisah. Efek antiradang ekstrak rimpang jahe paling kuat ditunjukkan oleh fraksi n-heksana dosis 0,5 g/kg bobot badan inhibisi radang yang bermakna (P lebih kecil 0,05) terlihat mulai jam kedua (54,1persen) dan bertahan sampai jam keenam

66.
Judul :
Penetapan kadar dan ciri minyak atsiri rimpang jahe (Zingiberis rhizoma) dari berbagai daerah sebagai langkah awal standarisasi simplisia
Sumber : Media Pharmaceutica Indonesiana Artocarpus
Penulis : Kartini
Deskripsi Fisik : 4 (1) 2004: 21-26
Lokasi : maj
Abstrak : Dalam upaya mendapatkan bahan baku rimpang jahe (Zingiberis rhizoma) dengan kualitas yang konstan (ajeg), telah dilakukan penetapan kadar dan ciri minyak atsiri rimpang jahe dari berbagai daerah. Contoh bahan diambil dari 6 lokasi di berbagai kabupaten di Jawa Timur : Malang, Magetan, Pamekasan, Banyuwangi, Bojonegoro dan Kediri. Hasil penetapan menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang jahe berupa cairan kuning, tidak berasa dan berbau khas jahe, kadar berkisar antara 1,09 - 2,46 persen (v/b), bobot jenis 0,8132 - 0,8758 g/ml, indeks bias 1,4712 -1,4789. Kromatogram KL T-densitometri relatif sama, sedangkan kromatogram kromatografi gas bervariasi (Pengarang)

67.
Effects of ginger on motion sickness and gastric slow-wave dysrhythmias induced by circular vection.
Lien, Han-Chung; Sun, Wei Ming; Chen, Yen-Hsueh; Kim, Hyerang; Hasler, William; Owyang, Chung
American journal of physiology. Gastrointestinal and liver physiology, 2003 Mar, 284(3):G481-9

Abstract: Ginger has long been used as an alternative medication to prevent motion sickness. The mechanism of its action, however, is unknown. We hypothesize that ginger ameliorates the nausea associated with motion sickness by preventing the development of gastric dysrhythmias and the elevation of plasma vasopressin. Thirteen volunteers with a history of motion sickness underwent circular vection, during which nausea (scored 0-3, i.e., none to severe), electrogastrographic recordings, and plasma vasopressin levels were assessed with or without ginger pretreatment in a crossover-design, double-blind, randomized placebo-controlled study. Circular vection induced a maximal nausea score of 2.5 +/- 0.2 and increased tachygastric activity and plasma vasopressin. Pretreatment with ginger (1,000 and 2,000 mg) reduced the nausea, tachygastria, and plasma vasopressin. Ginger also prolonged the latency before nausea onset and shortened the recovery time after vection cessation. Intravenous vasopressin infusion at 0.1 and 0.2 U/min induced nausea and increased bradygastric activity; ginger pretreatment (2,000 mg) affected neither. Ginger effectively reduces nausea, tachygastric activity, and vasopressin release induced by circular vection. In this manner, ginger may act as a novel agent in the prevention and treatment of motion sickness. (CSA-English)

68.
Comparison of efficacy of ginger with various antimotion sickness drugs
Wood, CD; Manno, JE; Wood, MJ; Manno, BR; Mims, ME
Clin. Res. Pract. Drug Regul. Aff., vol. 6, (2), pp. 129-136, 1988

Abstract: The efficacy of 1000 mg fresh, 500 mg and 1000 mg processed ginger (I) was compared with several other medications for the prevention of motion sickness in human volunteers (aged 18-35 yr). The 3 doses of ginger were all at the placebo level of efficacy. Significant levels of protection were produced by 50 mg dimenhydrinate (II) and 25 mg promethazine. Efficacy was greatest with 1.2 mg scopolamine (III) and 10 mg dextroamphetamine (IV) combination. It was concluded that I is ineffective as an antimotion sickness medication, that the drug of choice is the III-IV combination, and that the over-the-counter choice is II.

69.
Motion sickness, ginger and psychophysics

Mowrey, DB; Clayson, DE
Lancet (England), vol. 1, (Mar 20), pp. 655-657, 1982

Abstract: The effects of the powdered rhizome of Zingiber officinale on the symptoms of motion sickness were compared with those of dimenhydrinate and placebo in 36 men and women who reported very high susceptibility to motion sickness. Motion sickness was induced by placing the blindfolded subject in a tilted rotating chair. Measurements of perceived degree of GI distress were reported every 15 sec for up to 6 min by means of psychophysical methods. Zingiber officinale was superior to dimenhydrinate in reducing motion sickness. ( CSA-English).

70.
MOTION SICKNESS, GINGER, AND PSYCHOPHYSICS
The Lancet, Volume 319, Issue 8273, 20 March 1982, Pages 655-657
DanielB. Mowrey, DennisE. Clayson

Abstract: The effects of the powdered rhizome of Zingiber officinale on the symptoms of motion sickness were compared with those of dimenhydrinate and placebo in 36 undergraduate men and women who reported very high susceptibility to motion sickness. Motion sickness was induced by placing the blindfolded subject in a tilted rotating chair. Measurements of perceived degree of gastrointestinal distress were reported every 15 s for up to 6 minutes by means of psychophysical methods. Z. officinalewas superior to dimenhydrinate in reducing motion sickness.

71.

Title:

Vitamin B-6 and ginger in morning sickness

Author/s:

M Erick

Journal:

Journal of the American Dietetic Association

Volume:

95 Issue: 4 Page: 416 Year: 1995


72.

Title:

[Pharmacologic studies of antimotion sickness actions of ginger]

Author/s:

D S Qian

Journal:

CHINESE JOURNAL OF INTEGRATED TRADITIONAL AND WESTERN MEDICINE -CHINESE EDITION

Volume:

12 Issue: 2 Page: 95-8, Year: 1992

Abstract : The pharmacologic actions related to antimotion sickness effects of ginger (Zingiber officinale Roscoe.) were studied. There was no significant effect on parameters of rotatory movement-induced electronystagmogram of rabbit after intravenous (i.v.) infection of ginger juice. The low amplitude fast wave pattern of electrocorticogram of rabbit changed to high amplitude slow wave pattern after i.v. injection of ginger juice. Rabbit gastric contraction in situ was shortly suppressed after ginger juice i.v. administration. In the isolated rat fundus strip preparations, however, ginger juice reduced the spontaneous contractile frequency, and enhanced the spontaneous contractile amplitude, which was followed by inhibition. Ginger juice produced longitudinal contraction of the guinea-pig isolated ileum, which was followed by rapid tachyphylaxis. This contraction effect was not affected by hexamethonium and 5-HT, but could be inhibited by cold storage, hyoscine, morphine, diphenhydramine, promethazine and substance P desensitization. Naloxone could eliminate this inhibition produced by morphine. By using dose-response relationship plot, non-competitive antagonisms were observed between ginger juice and Ach and between ginger juice and histamine in isolated guinea-pig ileum. It is suggested that the pungent constituents of ginger release substance P from sensory fibres. The released substance P in turn either stimulates cholinergic and histaminic neurons to release Ach and histamine, respectively, or produces direct muscle contraction by activating M and H1 receptors correspondingly. It is proposed that after being excited by substance P, M and H1 receptors are inactive temporarily and unable to be excited by agonists, therefore, ginger juice exhibits anticholinergic and antihistaminic action. Ginger juice produces antimotion sickness action possibly by central and peripheral anticholinergic and antihistaminic effects.

.

Title:

Comparison of efficacy of ginger with various antimotion sickness drugs

Author/s:

CD Wood, JE Manno, MJ Wood, BR Manno, ME Mims,

Journal:

Clinical research practices and drug regulatory affairs

Volume:

6 Issue: 2 Page: 129-136 Year: 1988


74.

Title:

The anti-motion sickness mechanism of ginger. A comparative study with placebo and dimenhydrinate

Author/s:

A H Clarke, H Scherer, M HA hn

Journal:

Acta Oto-Laryngologica

Volume:

108 Issue: 3-4 Page: 168-174 Year: 1987

Abstract: A controlled, double-blind study was carried out to determine whether nystagmus response to optokinetic or vestibular stimuli might be altered by some agent contained in powdered ginger root (Zingiber officinale). For comparative purposes, the test subjects were examined after medication with ginger root, placebo and with dimenhydrinate. Eye movements were recorded using standard ENG equipment and evaluation was performed by automatic nystagmus analysis. It could be demonstrated that the effect of ginger root did not differ from that found at baseline, or with placebo, i.e. it had no influence on the experimentally induced nystagmus. Dimenhydrinate, on the other hand, was found to cause a reduction in the nystagmus response to caloric, rotatory and optokinetic stimuli. From the present study it can be concluded that neither the vestibular nor the oculomotor system, both of which are of decisive importance in the occurrence of motion sickness, are influenced by ginger. A CNS mechanism, which is characteristic of the conventional anti-motion sickness drugs, can thus be excluded as regards ginger root. It is more likely that any reduction of motion-sickness symptoms derives from the influence of the ginger root agents on the gastric system.

75.

Title:

Effects of ginger on motion sickness and gastric slow-wave dysrhythmias induced by circular vection

Author/s:

Han-Chung Lien, Wei Ming Sun, Yen-Hsueh Chen, Hyerang Kim, William Hasler, Chung Owyang,

Journal:

AMERICAN JOURNAL OF PHYSIOLOGY - GASTROINTESTINAL AND LIVER PHYSIOLOGY

Volume:

284 Issue: 3 Page: G481-9 Year: 2003

Abstract: Ginger has long been used as an alternative medication to prevent motion sickness. The mechanism of its action, however, is unknown. We hypothesize that ginger ameliorates the nausea associated with motion sickness by preventing the development of gastric dysrhythmias and the elevation of plasma vasopressin. Thirteen volunteers with a history of motion sickness underwent circular vection, during which nausea (scored 0-3, i.e., none to severe), electrogastrographic recordings, and plasma vasopressin levels were assessed with or without ginger pretreatment in a crossover-design, double-blind, randomized placebo-controlled study. Circular vection induced a maximal nausea score of 2.5 +/- 0.2 and increased tachygastric activity and plasma vasopressin. Pretreatment with ginger (1,000 and 2,000 mg) reduced the nausea, tachygastria, and plasma vasopressin. Ginger also prolonged the latency before nausea onset and shortened the recovery time after vection cessation. Intravenous vasopressin infusion at 0.1 and 0.2 U/min induced nausea and increased bradygastric activity; ginger pretreatment (2,000 mg) affected neither. Ginger effectively reduces nausea, tachygastric activity, and vasopressin release induced by circular vection. In this manner, ginger may act as a novel agent in the prevention and treatment of motion sickness.

76.
Zinopin--the rationale for its use as a food supplement in Traveller's thrombosis and motion sickness.
Author:Scurr JH,Gulati OP, Volume:18 Issue:9, Page:687-95 Year:2004
Source:Phytother Res, ID:15478211( Itrieve)

77.
Effects of ginger on motion sickness and gastric slow-wave dysrhythmias induced by circular vection.

Author:Lien HC,Sun WM,Chen YH,Kim H,Hasler W,Owyang C, Volume:284
Issue:3, Page:G481-9 Year:2003
Source:Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol, ID:12576305 ( Itrieve)

78.
Alternative therapies of morning sickness.
Author:Strong TH

Source:Clin Obstet Gynecol, Volume:44 Issue:4, Page:653-60 Year:2001 D:11600848 ( Itrieve)

79.
Ginger: history and use.
Author:Langner E,Greifenberg S,Gruenwald J
Source:Adv Ther,
Volume:15 Issue:1, Page:25- 44 Year:1998 ID:10178636 ( Itrieve)

80.
[Pharmacologic studies of antimotion sickness actions of ginger]
Author:Qian DS,Liu ZS
Source:Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi, Volume:12 Issue:2, Page:95-8, 70 Year:1992
ID:1498536 ( Itrieve)

81.
Vitamin B-6 and ginger in morning sickness.
Author:Erick M
Source:J Am Diet Assoc,
Volume:95 Issue:4, Page:416 Year:1995 ID:7699180 ( Itrieve)

82.
Effects of ginger on motion sickness susceptibility and gastric function.
Author:Stewart JJ,Wood MJ,Wood CD,Mims ME
Source:Pharmacology,
Volume:42 Issue:2, Page:111-20 Year:1991 ID:2062873 ( Itrieve)

83.
The anti-motion sickness mechanism of ginger. A comparative study with placebo and dimenhydrinate.
Author:Holtmann S,Clarke AH,Scherer H,Höhn M
Source:Acta Otolaryngol,
Volume:108 Issue:3-4, Page:168-74 Year:1989
ID:2683568 ( Itrieve)

84.
Comparison of efficacy of ginger with various antimotion sickness drugs.
Author:Wood CD,Manno JE,Wood MJ,Manno BR,Mims ME
Source:Clin Res Pr Drug Regul Aff,
Volume:6 Issue:2, Page:129-36 Year:1988
ID:11538042 ( Itrieve)

85.
Motion sickness, ginger, and psychophysics.

Author:Mowrey DB,Clayson DE
Source:Lancet, Volume:1 Issue:8273, Page:655-7 Year:1982 ID:6121968 ( Itrieve)

INFORMASI DIATAS DAPAT DIAKSES MELALUI: www.pdii.lipi.go.id
DOKUMEN LENGKAP, HUBUNGI: PDII-LIPI SERPONG

Gedung TMC 120, Lt.1, Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang.15310
Telp. 021-7560537
E-mail:pdiiserpong@yahoo.com