Senin, 18 April 2011

Jarak Cina/Jarak Tintir/Jatropha multifida L


Home Study Course. Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar dari Affiliate Marketing. Download PDF dan VIDEO GRATIS


Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar melalui Affiliate Marketing


1.

Judul : Pengaruh ekstrak daun Jatropha multifida L. terhadap pertumbuhan beberapa jenis bakteri patogen dan non patogen : laporan penelitian
Penulis : Yusriana, Bintarti; Husin, Arief
Penerbit : Purwokerto: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2002.
Deskripsi Fisik : 39 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 03/1250
Subyek : Jatropha multifida - Composition; Antibacterial agents

2.

Judul : Patogenisitas Aeromonas hydrophylla pada kultur ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dan ikan mas Cyprinus carpio yang diberi ekstrak daun jarak Cina (Jatropha multifida) : laporan penelitian
Penulis : Yusriana, Bintarti; Julianto, Teguh
Penerbit : Purwokerto: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2006.
Deskripsi Fisik : 41 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 10/0371
Subyek : Fishes - Diseases - Treatment; Fish-culture; Jatropha; Osphronemus gouramy; Cyprinus carpio; Aeromonas hydrophylla

3.

Judul : Jarak gurita sebagai obat luka
Penulis : Soeseno, Slamet
Sumber : Trubus,(Nov.) 1990: 219 (dalam: Kumpulan kliping jarak. Jakarta, PIP Trubus, 1993. Hal. 6-8)
Lokasi Artikel : TTG
Kode Panggil : Jar
Abstrak : Getah jarak merupakan anti bakteri yang dapat mencegah terjadinya pembengkakan dan mempercepat penyembuhan luka. Artikel ini menjelaskan secara ringkas manfaat tanaman jarak sebagai tanaman obat dan cara pemakaiannya.

4.

Judul : Pengaruh ekstrak daun jarak cina (Jatropha multifida) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis.
Sumber : Biomath: jurnal sains dan pendidikan MIPA
Penulis : Yulia, Dina
Tahun Penerbitan : 2001
Deskripsi Fisik : 1 (1) 2001: 1-6
Deskriptor : /Jatropha multifida//Cartor oil plant//Escherichia coli//Bacillus subtilis/
DDC : 615
Abstrak : Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun jarak cina (J. multifida) terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan B. subtilis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa aktif dari ekstrak daun jarak cina dan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun jarak cina tersebut terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan B. subtilis. Ekstrak daun jarak cina diperoleh dengan cara ekstraksi bertingkat. Ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan pemeriksaan senyawa kimia secara kualitatif melalui teknik kromatografi lapis tipis (KLT). Ekstrak yang diperoleh kemudian dicobakan terhadap bakteri E. coli dan B, subtilis pada konsentrasi 10persen, 9persen, 8persen, 7persen, 6persen, 4persen, 3persen, 2persen, 1persen, dan tanpa ekstrak untuk mencari "Minimum Inhibitory Concentration" (MIC). Selanjutnya dilakukan pengukuran "Inhibitory Concentration 50persen" (IC50). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana daun J. multifida mengandung senyawa aktif terpenoid, asam fenolat, dan flavonoid, ekstrak diklormetana mengandung senyawa aktif terpenoid, sedangkan ekstrak etanol mengandung senyawa aktif terpenoid dan alkaloid. Dari hasil penelitian tersebut hanya ekstrak etanol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri B. subtilis dengan MIC sebesar 7persen dengan luas daearah hambatan yang terbentuk 1,92 lebih kurang 0,001mm2 dan bakteri E. coli dengan MIC sebesar 6persen dengan luas daerah hambatan sebesar 4,97 lebih kurang 0,12 mm2. IC 50 ekstrak etanol terhadap bakteri B, subtilis adalah pada konsentrasi 5,48persen, sementara untuk bakteri E. coli pada konsentrasi 4,79persen. (Pengarang)

5.

Judul : Patogenisitas Aeromonas hydrophylla pada kultur ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dan ikan mas Cyprinus carpio yang diberi ekstrak daun jarak Cina (Jatropha multifida) : laporan penelitian
Penulis : Yusriana, Bintarti; Julianto, Teguh
Penerbit : Purwokerto: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2006.
Deskripsi Fisik : 41 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 10/0371
Subyek : Fishes - Diseases - Treatment; Fish-culture; Jatropha; Osphronemus gouramy; Cyprinus carpio; Aeromonas hydrophylla

6.
Multidione, a novel diterpenoid from Jatropha multifida

Tetrahedron Letters, Volume 50, Issue 34, 26 August 2009, Pages 4885-4887
Biswanath Das, Keetha Laxminarayana, Martha Krishnaiah, Yallamalla Srinivas, Tuniki Venugopal Raju

Abstract:

A novel diterpenoid, multidione, has been isolated from the stems of Jatropha multifida and its structure has been settled from 1D and 2D NMR spectra. The compound possesses a phenolic moiety and a long side chain, structurally similar to the B ring of other lathyrane-diterpenoids in seco-form.The compound has possibly been derived biogenetically from a related lathyrane-diterpenoid.

7.

Multifidone: A novel cytotoxic lathyrane-type diterpene having an unusual six-membered A ring from jatropha multifida

Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters, Volume 19, Issue 1, 1 January 2009, Pages 77-79
Biswanath Das, Kongara Ravinder Reddy, Bommena Ravikanth, Tuniki Venugopal Raju, Balasubramanian Sridhar, Patan Usman Khan, Janapala Venkateswara Rao

Abstract:

Chemical examination of the stems of Jatropha multifida afforded a novel lathyrane-type diterpene, multifidone, having an unusual six-membered A ring. The structure of the compound was determined from detailed analysis of its 1D and 2D NMR spectra and X-ray crystallographic analysis. Its cytotoxicity was measured on four different cancerous cell lines.

8.

Diterpenoids from Jatropha multifida Original Research Article

Phytochemistry, Volume 69, Issue 14, October 2008, Pages 2639-2641
Biswanath Das, Bommena Ravikanth, Kongara Ravinder Reddy, Ponnaboina Thirupathi, Tuniki Venugopal Raju, Balasubramanian Sridhar

Abstract:

Chemical investigation on the stems of Jatropha multifida yielded two diterpenoids, multifolone and (4E)-jatrogrossidentadione acetate along with five known diterpenoids, a flavone and a coumarino-lignan. The structures of the compounds were settled by detailed analysis of their 1D and 2D NMR spectra. The X-ray crystallographic analysis of (4E)-jatrogrossidentadione acetate was also accomplished.


9.

Antibacterial activity of Jatropha multifida roots

Fitoterapia, Volume 72, Issue 5, June 2001, Pages 544-546
O. O. Aiyelaagbe

Abstract:

Hexane, ethyl acetate, chloroform and methanol successive extracts of Jatropha multifida yellow rootbark, red rootbark and rootwood effectively inhibited the growth of B. subtilis and S. aureus at concentration of 200 μg/disk.

10.

Rare Jatropha multifida intoxication in two children Original Research Article

Journal of Emergency Medicine, Volume 19, Issue 2, August 2000, Pages 173-175
Yotam Levin, Yaniv Sherer, Haim Bibi, Menachem Schlesinger, Emile Hay

Abstract:

Two children were admitted to the Emergency Department (ED) after ingesting a large amount of fruit of a plant identified as Jatropha multifida. They were mildly obtunded, had intractable vomiting, and seemed dehydrated. Intravenous fluid replacement and urine alkalinization were initiated. After stabilization, their 5-day hospital stays were uneventful except for a subclinical rise of liver enzymes. Jatropha species contain the toxalbumin ricin, which causes severe vomiting and diarrhea, dehydration, shock, and renal and hepatic impairment. Ricin also has cardiotoxic and hemolytic effects and several deaths have been documented. Children are attracted by the shape and the color of the Jatropha fruits. Mortality can be prevented by immediate fluid and electrolyte replacement.

11.

Multifidin – A cyanoglucoside in the latex of jatropha multifida

Phytochemistry, Volume 40, Issue 2, September 1995, Pages 597-598
Albert J. J. van den Berg, Stephan F. A. J. Horsten, J. Jantina Kettenes-van den Bosch, Burt H. Kroes, Rudi P. Labadie

Abstract:

A novel non-cyanogenic cyanoglucoside, 1-cyano-3-β-image-glucopyranosyloxy-(Z)-1-methyl-1-propene, was isolated from the latex of Jatropha multifida. The compound was named multifidin.

12.

Inhibitory activity of Jatropha multifida latex on classical complement pathway activity in human serum mediated by a calcium – binding proanthocyanidin Original Research Article

Journal of Ethnopharmacology, Volume 27, Issues 1-2, November 1989, Pages 81-89
S. Kosasi, L.A. 't Hart, H. van Dijk, R.P. Labadie

Abstract:

This study isolates and characterizes the anti-complement constituent(s) present in the latex of Jatropka multifida, in an attempt to explain the traditional application of the latex in the treatment of infected wounds. Guided by the inhibition of classical pathway (CP) complement activity in human serum, a polymer was isolated which could be characterized as a proanthocyanidin. The polymer inhibits CP activation of the complement cascade, while alternative pathway (AP) activation is relatively insensitive to the polymer. This is due to the selective depletion of Ca2+, but not Mg2+, from the incubation medium.

13.

Labaditin, a novel cyclic decapeptide from the latex of Jatropha multifida L. (Euphorbiaceae): Isolation and sequence determination by means of two-dimensional NMR

FEBS Letters, Volume 256, Issues 1-2, 9 October 1989, Pages 91-96
S. Kosasi, W.G. van der Sluis, R. Boelens, L.A.'t Hart, R.P. Labadie

Abstract:

An immunologically active novel cyclic decapeptide, consisting of 1 Ala, 2 Gly, 1 Ile, 2 Thr, 2 Trp and 2 Val, has been isolated from the latex of Jatropha multifida L. (Euphorbiaceae). The structure was elucidated by means of amino acid analysis and FAB-mass spectroscopy. The amino acid sequence was obtained by two-dimensional 1H-NMR spectroscopy (COSY and NOESY).

Latex; Decapeptide, cyclic; Labaditin; NMR, 1H-; Peptide isolation; (Jatropha multifida, Euphorbiaceae)

14.

Multifidol and multifidol glucoside from the latex of Jatropha multifida Original Research Article

Phytochemistry, Volume 28, Issue 9, 1989, Pages 2439-2441
Samlipto Kosasi, Willem G. Van Der Sluis, Rudi Labadie

Abstract:

Two naturally occurring and immunologically active acylphloroglucinols (named multifidol and multifidol glucoside have been isolated from the latex of Jatropha multifida and identified as (2-methylbutyryl)phloroglucinol and 1-[(2-methylbutyryl)phloroglucinyll-β-d-glucopyranoside.

Dokumen lengkap dapat dipesan melalui:

PDII-LIPI SERPONG

Telp. 021-7560537

E-mail: pdiiserpong@yahoo.com

Jumat, 15 April 2011

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA



1.
Judul : Amobilisasi glukosa isomerase (E.C.5.3.5.) untuk pembuatan sirup fruktosa dari singkong (Manihot utilissima): laporan penelitianPenulis : Hanum, Tirza
Penerbit : Lampung: Universitas Lampung, 1992.Deskripsi Fisik : 37 hal.Lokasi : lapKode Panggil : 93/4143Subyek : Fructose; Immobilized enzymes; Cassava - Processing

2.
Judul : Pemanfaatan limbah padat industri sagu menjadi berbagai komoditas industri (sirup glukosa, asam sitrat, dll.)
Penulis : Habson, Umar
Penerbit : Banda Aceh: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Banda Aceh, 1992.
Deskripsi Fisik : 25 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 94/0480
Subyek : Glucose; Agricultural wastes

3.
Judul : Penelitian pembuatan sirup glukosa dari sagu baruk secara enzimatis
Penerbit : Manado: Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri, 1987.
Deskripsi Fisik : 40 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 91/0203
Subyek : Glucose; Sago - Processing

4.
Judul : Studi laboratorium pembuatan sirup glukosa dari tepung tapioka tepung katela pohan dari daerah Simo, Kabupaten Sragen sebagai dasar penelitian pembuatan alkohol dari tepung tapioka/tepung ketela pohon : laporan penelitian
Penulis : Sugiharto
Penerbit : Surakarta: Fakultas Keguruan Universitas Sebelas Maret, 1982.
Deskripsi Fisik : 13 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 85/0902
Subyek : Cassava - Composition

5.
Judul : Mempelajari hidrolisis pati gadung (Dioscorea hispida Dennst) dengan (x-amilase dan glukoamilase untuk pembuatan sirup glukosa : laporan penelitian
Penulis : Pambayun, Rindit; Widodo, Lanjar; Parwiyanti
Penerbit : Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, 1998.
Deskripsi Fisik : 29 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 99/0392
Subyek : Amylolysis; Starch; Syrups; Yams

6.
Judul : Beberapa cara sakarifikasi pada pembuatan sirup glukosa dari ketela pohon (Manihot esculenta L.) : laporan penelitian
Penulis : Kuswanto, Kapti Rahayu
Penerbit : Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, 1985.
Deskripsi Fisik : 21 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 88/0123
Subyek : Syrups; Glucose; Cassava as food

7.
Judul : Kinetika hidrolisa enzimatik sirup glukosa dari limbah padat tapioka : laporan penelitian
Penulis : Abidin, Zainal; Tuti S., Margaretha; Broto, Wisnu
Penerbit : Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 1998.
Deskripsi Fisik : 36 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 99/1294
Subyek : Hydrolysis; Glucose; Cassava industry - Waste disposal

8.
Judul : Hidrolisis umbi garut menggunakan alfa-amylase untuk memproduksi sirup glukosa dan serat pangan : laporan penelitian
Penulis : Widyastuti; Andriani, Martina; Narimo
Penerbit : Surakarta: Fakultas Teknik Universitas Setya Budi, 2002.
Deskripsi Fisik : 33 hal.
Lokasi : lap Kode Panggil :
03/0012
Subyek : Glucose - Analysis; Hydrolysis

9.
Judul : Pemanfaatan pati gadung sebagai bahan dasar pembuatan sirup glukosa : laporan penelitian
Penulis : Nurhaida; Usman, Frida
Penerbit : Banda Aceh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala, 2004.
Deskripsi Fisik : 22 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 05/1416
Subyek : Glucose - Synthesis; Syrups; Starch; Dioscorea hispida

10.
Judul : Uji konsentrasi sukrosa dan sirup glukosa terhadap mutu permen keras dari sari jagung (Zea mays L.) dengan metode oven pan : laporan penelitian
Penulis : Kasim, Rahmiyati; Bait, Yoyanda; Une, Suryani
Penerbit : Gorontalo: Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, 2008.
Deskripsi Fisik : 49 hal.
Lokasi : lap Kode Panggil :
09/4418
Subyek : Candy - Composition; Corn products; Sucrose

11.
Judul : Pelatihan pengolahan singkong menjadi gula cair (sirup glukosa) : laporan penelitian
Penulis : Surianingsun, Imran; Parmawati, Siti
Penerbit : Mataram: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram, 2009.
Deskripsi Fisik : 12 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 10/2580
Subyek : Cassava - Processing; Syrups

12.
Judul : Produksi sirup glukosa dari pati gadung (Dioascorea sp.) secara enzimatis : laporan penelitian
Penulis : Iqbalsyah, T.M.
Penerbit : Darussalam: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala, 2009.
Deskripsi Fisik : 58 hal., lamp.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 10/3007
Subyek : Dioscorea; Syrups

13.
Judul : Sirop glukosa
Sumber : Budidaya ubi kayu, Sri Nuryani, Hal. 67-71
Penerbitan : Semarang: Dahara Prize, 1994
Lokasi Artikel : TTG
Kode Panggil : Ubi
Abstrak : Diuraikan mengenai sirop glukosa, meliputi antara lain bahan baku dan bahan penolong, serta proses produksinya. Adapun urutan pembuatan sirop sebagai berikut: pembuatan larutan tapioka di dalam air, hidrolisis, netralisasi, penjernihan, penjaringan, dan pemekatan.

14.
Judul : Pembuatan sirup glukosa dari kentang
Penulis : Wahyudi, Eko P.
Sumber : Surabaya Pos, Agu. 1992. Hal. IX (dalam: Kumpulan kliping kentang II. Jakarta, PIP Trubus, 1994. Hal. 221-222)
Lokasi Artikel : TTG
Kode Panggil : Ken
Abstrak : Kentang dalam skala industri biasanya hanya diolah menjadi tepung, pure dan pati kentanf serta bahan pembuat kertas. Kandungan gulanya dalam 100 gram pati kentang sebanyak 35 (total) dengan gula reduksi 28-32 dan sukrosa 1-7. Berdasarkan hal tersebut maka pati kentang sangat potensial untuk diproses menjadi sirup glukosa, yang kadar kemanisannya tinggi. Artikel ini selanjutnya menguraikan tentang cara membuat pati, memisahkan endapan yang terbentuk, dan membuat sirup glukosa dari pati. Artikel ini dilengkapi dengan diagram ahir pembuatan sirup glukosa kentang.

15.
Judul : Penggunaan enzim termamyl 120l pada proses likuifikasi pembuatan sirup glukosa dari pati bengkuang
Penulis : Siswardjono, Surini; Nurdin, Desnenty
Sumber : Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, Vol. 1, No. 1, Nopember 1996
Lokasi Artikel : TTG
Kode Panggil : Maj-118
Abstrak : Artikel membahas penelitian pemakaian dosis enzim termamyl 120 L pada proses likuifikasi pembuatan sirup glukosa dari pati bengkuang yang berpengaruh nyata pada rendemen, DE, Kadar air, dan kekentalan sirup. Pembuatan sirup glukosa secara enzimatis dari pati bengkuang di bahas secara lugas dengan metode penelitian yang jelas.

16.
Judul Laporan : Amobilisasi glukosa isomerase (E.C.5.3.5.) untuk pembuatan sirup fruktosa dari singkong (Manihot utilissima): laporan penelitian
Penulis : Hanum, Tirza
Penerbitan : Lampung Universitas Lampung , Tahun Penerbitan : 1992 , Deskripsi Fisik : 37 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 93/4143
Deskriptor : /Manihot utilissima//Cassava//Syrups//Immobilized enzymes/
ABSTRAK : Tujuan penelitian untuk menentukan aktifitas maksium dengan cara mencari kondisi optimum dan glukosa isamerase segar dan gluko isamerase yang diamobilisasi dengan poliakrilamida DEAE selulosa dengan zeolit. Menentukan kestabilan gluko isameraseyang diamobilisasi dengan poliakrilamida, DEAE selulosa dan zeolit. Metode yang digunakan adalah metode DNS-Spektrofotometri.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gluko isamerase segar mempunyai kondisi optimum sebagai berikut: waktu inkubasi 24 jam, konsentrasi gluko isamerase 0,04 mgr/ml, konsentrasi glukosa 1 persen, pH 6,9, temperatur 64 derajad C dan aktivitas maksimum 40 persen fruktosa. Dan isamerasi amobil dengan poliakrilamide mempunyai kondisi optimum dengan aktivitas maksimum 42 persen (persen fruktosa).Hal ini disebabkan lebih terlindungnya gluko isamerase oleh poliakrilamide dari pengaruh luar seperti suhu dan lain-lain. Gluko isamerase yang diamobilisasi dengan DEAE selulosa mempunyai aktivitas maksimum 40,20 dan tidak melindungi gluko isamerase dan pengaruh luar. Sedang amobilisasi gluko isamerase dengan zat zeolit mempunyai aktivitas maksimum 27,54 persen dan sangat menurunkan aktifitas, karena zeolit mengandung banyak ion Ca++.Disimpulkan bahwa aktifitas maksimum gluko-isamerase a mobil dengan poliakrilamide adalah 42 persen, gluko isamerase amobil segar adalah 40 persen, gluko isamerase amobil dengan DEAE selulosa 40,20 persen, dan gluko isamerase amobile dengan zat zeolit adalah 27,54 persen. Poliakrilamide dapat melindungi gugus aktif gluko-isamerase dari pengaruh suhu, sedang DEAE selulosa tidak dapat melindungi, sedang dengan zeolit lebih kecil dari gluko-isamerase karena ada inhibitor Ca++ yang lebih besar batas maksimum yang diizinkan. Amobilisasi dengan poliakriulamide dan DAEAE selulosa dapat menstabilkan aktivitas gluko isamere sampai 168 jam, sedangkan dengan zeolit hanya bertahan 24 jam. Disarankan bila ingin menggunakan zeolit sebagai media penunjang maka ion Ca++ pada zeolit harus dihilangkan sampai 10 min pangkat 4 M, atau dengan mempertukarkan ion Ca++ dengan ion Mg++, Co++.kecil dari gluko-isamerase karena ada

17.
Judul Laporan : Pemanfaatan limbah padat industri sagu menjadi berbagai komoditas industri (sirup glukosa, asam sitrat, dll.)
Penulis : Habson, Umar
Penerbitan : Banda Aceh Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Banda Aceh , Tahun Penerbitan : 1992 , Deskripsi Fisik : 25 hal.
Lokasi : lap Kode Panggil :
94/0480
Deskriptor : /Solid wastes//Sago/
ABSTRAK : Pembuatan sirup glukosa dilakukan secara hidrolisis dengan HCl pada kondisi pH encer sampai 1,9 dalam autoclave dengan variasi tekanan konsentrasi dan waktu. Dilakukan pula pembuatan kertas karton dari pulp dengan variasi larutan kanji. Pulp yang digunakan dari ampas sagu yang dimasak dengan NaOH 9 persen, dan perbandingan antara NaOH dan ampas sagu masing-masing 1:3; 1:5; 1:7 bagian.Hasil penelitian pada kondisi tekanan = 15 psi, konsentrasi = 10 persen, waktu = 90 menit menghasilkan sirup yang baik (kadar gula 2,79 persen). Ampas sagu tidak dapat dijadikan bahan baku kertas karton, karena sebagian besar terdiri dari gabus dan mempunyai serat yang pendek.

18.
Judul Laporan : Mempelajari hidrolisis pati gadung (Dioscorea hispida Dennst) dengan (alfa-amilase dan glukoamilase untuk pembuatan sirup glukosa: laporan penelitian
Penulis : Pambayun, Rindit
Penerbitan : Palembang Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya , Tahun Penerbitan : 1998 , Deskripsi Fisik : 29 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 99/0392
Deskriptor : /Dioscorea hispida//Glucose syrups//Alpha amylase//Glucoamylase/
ABSTRAK : Penelitian bertujuan mengetahui suhu dan pH optimum pada hidrolisis pati gadung oleh glukoamilase, sehingga diperoleh glukosa yang setinggi-tingginya. Hidrolisis dilakukan di laboratorium melalui tahap likuefaksi dan sakarifikasi. Likuefaksi bertujuan mengubah konformasi granula pati sehingga mudah disakarifikasi. Likuefaksi dilakukan dengan pemanasan pada suhu gelatinisasi dilanjutkan dengan enzim alfa-amilase pada suhu 60 derajat C selama satu jam. Sakarifikasi, pemecahan struktur kimia amilum menjadi glukosa, dilakukan dengan enzim glukoamilase. Aktivitas glukoamilase sebagai kunci keberhasilan hidrolisis sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH. Guna mengetahui suhu dan pH optimum, perlakuan yang diujikan adalah kombinasi suhu 30, 35, dan 40 derajat C dengan pH 3,0, 4,0, dan 5,0, yang didesain menggunakan rancangan acak lengkap. Hidrolisis berlangsung selama 48 jam dengan periode penarikan contoh setiap 12 jam sekali. Parameter yang diamati sebagai tolok ukur keberhasilan adalah kadar glukosa yang terbentuk dan berkurangnya kadar pati pada saat hidrolisis. Analisis glukosa dan pati dilakukan dengan spektrofotometer yang dipreparasi menggunakan metode Nelson-Somogyi. Hasil penelitian menunjukkan, secara statistik, baik suhu, pH, maupun interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap proses hidrolisis. Semakin tinggi suhu (dalam kisaran penelitian) ternyata semakin tinggi kadar glukosa yang dihasilkan. Namun, pada peningkatan suhu dari 30 derajat C ke 35 derajat C, hasil glukosa lebih rendah (0,666 g/l) daripada kenaikan suhu 35 derajat C ke 40 derajat C (0,712 g/l). Secara umum laju pembentukan glukosa adalah 1,307 g/l dalam setiap jam. Sementara itu, laju degradasi pati adalah 1,189 g/l dalam setiap jamnya. Kalau diperhatikan lebih teliti, laju pembentukan glukosa dan penurunan pati paling cepat adalah dalam periode 12 jam pertama. Setelah itu, berangsur-angsur agak lambat. Nilai tertinggi glukosa diperoleh pada suhu 40 derajat C dengan pH substrat 4, yaitu sebesar 67,077 g/l, dengan efisiensi proses hidrolisis pada kombinasi perlakuan tersebut adalah 96,17 persen. Disimpulkan bahwa, kondisi optimum untuk hidrolisis pati gadung dengan glukoamilase adalah pada suhu 40 derajat C dengan pH substrat 4

19.
Judul Laporan : Kinetika hidrolisa enzimatik sirup glukosa dari limbah padat tapioka: laporan penelitian
Penulis : Abidin, ZainalTuti S., MargarethaBroto, Wisnu
Penerbitan : Semarang Fakultas Teknik Universitas Diponegoro , Tahun Penerbitan : 1998 , Deskripsi Fisik : 36 hal.
Lokasi : lap
Kode Panggil : 99/1294
Deskriptor : /Solid wastes//Tapioca//Glucose syrups//Hydrolases//Enzymes/
ABSTRAK : Penelitian bertujuan untuk mengetahui kinetika reaksi dari hidrolisi limbah padat industri tapioka oleh enzim alfa-amilase dan glukoamilase yang menghasilkan sirup glukosa. Suhu operasi pada penelitian ini adalah 80-100 derajat C, sedangkan waktu hidrolisis dengan enzim alfa-amilase sekitar 2 jam dan dengan enzim amiloglukosidase sekitar 48 jam. Konsentrasi kedua enzim dibuat sama, yaitu 1,75 ml/kg limbah tapioka. Kecepatan reaksi hidrolisis limbah padat tapioka dengan enzim alfa-amilase yang terbesar dicapai pada suhu 90 derajat C dengan tingkat konversi sebesar 87,524 persen, sedangkan untuk kecepatan hidrolisis dengan enzim gabungan enzim alfa-amilase dan amiloglukosidase di atas 70 derajat C mengalami kegagalan karena enzim amiloglukosidase pada suhu di atas 70 derajat C mengalami kerusakan. Energi aktivasi dengan enzim alfa-amilase adalah sebesar 33716,41 kal/mol dan dengan enzim gabungan sebesar 32035,41 kal/mol. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata suhu optimum reaksi hidrolisis limbah padat tapioka dengan menggunakan enzim lamba-amilase adalah 90 derajat C.

20.
Judul : Efek penambahan enzim Amiloglukosidase dan lama sakarifikasi pada dekstrin sagu terhadap nilai dekstrosa ekuivalen sirup glukosa
Judul terjemahan : Effect on addition of Amyloglucosidase enzyme and saccharafication time to sago dextrin against dextrose equivalent value of glucose syrup
Sumber : Majalah Ilmiah BIMN (Balai Industri Manado) : (6) 1993: 47-52
Penulis : Rumajar, Hasera
Tahun Penerbitan : 1993
Deskriptor : Sago

21.
Judul : Studi produksi sirup glukosa dari tepung talas (Colocasia esculenta (L) Schott).
Judul terjemahan : Study on the production of glucose syrup from taro (Colocasia esculenta (L) Schott) flour.
Sumber : Jurnal Teknologi Industri Pertanian : 4 (3) 1994: 36-41
Penulis : Gumbira-Sa'id, E.
Tahun Penerbitan : 1994
Deskriptor : Syrups
Abstrak : The powder of taro (Colocasia esculenta (L) Schott) may be converted to glucose syrup enzimatically. In the preparation, the peeled taro was cut into thin slices, sun dried and ground into very fine powder. The combination of alpa-amylase and amiloglucosidase concentrations during the process influenced the quality of glucose syrup being produced. The best result (42.3 percent) yield and 85.96 percent of dextrose equivalent) was obtained when taro powder was liquified by 1.8 ml of alpa-amylase (per-kg powder), followed by saccharification with 2.0 ml of amiloglucosidase (per-kg powder).

22.
Judul : Penggunaan enzim termamyl 120 L pada proses likuifikasi pembuatan sirup glukosa dari pati bengkuang.
Judul terjemahan : Use of 120 L thermamyl enzyme in liquification process in making glucose syrups from tuber extract
Sumber : Jurnal Teknologi Pertanian Andalas : 1 (1) 1996: 42-52
Penulis : Siswardjono, Surini
Tahun Penerbitan : 1996 Deskriptor :
Pachyrrhizus erosus
Abstrak : The implementation consist of four step process simultaneous, namely: 1) gelatinization process; 2) liquefaction process; 3) sacharification process; and 4) sterilization process. The gelatinization process, used meal suspension 30 persen DS with controlled pH 6,0 - 6,5 by using HCl 3 persen and then to boiled on 70 derajat celcius during 5 minute. The Liquefaction process, introduced by the enzyme thermamyl 120 L doses (0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1,0) ml/kg meal at temperature 90 derajat celcius during 90 minute. The sacharification process, introduced by the enzyme glucoamylase 300 L doses 1,0 ml/kg meal at temperature 60 derajat celcius, and controlled pH 4,5 by using HCl 3 persen during 24 hours. The sterilization process on temperature 115 derajat celcius during 15 minute, then add activated carbon 2 persen and bentonit 1 persen to boiled an hour at temperature 100 derajat celcius, and then cold at ambient temperature. The glucose syrup produced was determined of rendemen, dextrose equivalent (DE), moister content, ash content, and viscosity value. (Pengarang)

23.
Judul : Pengujian kondisi likuifikasi dalam produksi sirup glukosa dari pati sagu (Metroxylon sp.).
Judul terjemahan : The examinations of liquification conditions in the production of glucose syrup from sago starch (Metroxylon sp.)
Sumber : Bionatura : 3 (2) 2001: 57-67
Penulis : Maksum, Iman Permana
Tahun Penerbitan : 2001 Deskriptor :
/Glucose syrups//Sago//Metroxylon/
Abstrak : Penelitian bertujuan mengetahui seberapa jauh pengaruh suhu, kecepatan pengadukan dan konsentrasi enzim alpha-amilase terhadap proses likuifikasi. Kadar gula pereduksi (mg/mL) yang dihasilkan ditentukan dengan spektrofotometri-Nelson Somogyi. Pengujian kondisi likuifikasi dilakukan pada pH 7,0 suhu 80 derajat celcius dan 90 derajat celcius, kecepatan pengadukan 100 rpm dan 180 rpm serta konsentrasi enzim sebesar 1,066 U/mL, 1,599 U/mL, dan 2,132 U/mL selama 2 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi likuifikasi optimum diperoleh pada suhu 80 derajat celcius dan kecepatan pengaduan 180 rpm dengan kadar gula pereduksi sebesar 7,649 mg/mL. Konsentrasi enzim tertinggi yaitu sebesar 2,132 U/mL menghasilkan kadar gula pereduksi tertinggi sebesar 14,749 mg/mL. (Pengarang)

24.
Judul : Penentuan beberapa kondisi terbaik untuk produksi sirup glukosa dari serbuk kulit buah pisang oleh jamur Aspergillus oryzae.
Sumber : Jurnal Tadulako : 2 (3) 2001: 522-530
Penulis : Bahri
Tahun Penerbitan : 2001 Deskriptor :
/Glucose syrup//Bananas//Aspergillus oryzae/
Abstrak : Telah dilakukan penelitian mengenai penentuan beberapa kondisi terbaik untuk produksi sirup glukosa dari serbuk kulit buah pisang oleh Aspergillus oryzae. Kondisi terbaik yang dipilih meliputi pH awal medium konsentrasi substrat serbuk kulit buah pisang dan konsentrasi inokulum A. oryzae. Suhu inkubasi pada suhu kamar (27ñ2derjat C) dan dikocok dengan shaker pada kecepatan 80 rpm. Serbuk kulit buah pisang diinokulasikan dengan A. oryzae yang berbentuk pelet pada berbagai variasi kondisi pertumbuhan. Variasi pH medium yang digunakan ; 3.0, 4.0, 4.5, 5.0, 5.5, dan 6.0. Variasi konsentrasi substrat serbuk kulit buah pisang adalah 1persen, 2persen, 3persen, 4persen, dan 5persen b/v. Variasi inokulum adalah 5persen, 10persen dan 15persen b/v dari total substrat. Kadar glukosa diukur setiap 24 jam sekali selama 9 hari dengan metode Somogy-Nelson. Kondisi terbaik untuk produksi sirup glukosa pada penelitian ini adalah medium serbuk kulit buah pisang pada konsentrasi 3persen, pH awal medium 5.0 dan konsentrasi inokulum 10persen sebesar 511,813 miug/ml yang dicapai pada hari ke-2 selama inkubasi. (Pengarang)

25.
Judul : Pengaruh variasi volume HCl 0,5 N dan waktu hidrolisa terhadap mutu sirup pada pembuatan sirup glukosa dari pati ubi jalar (Ipomoea batatas L, Sin batatas edulis choisy).
Sumber : Jurnal Sains Kimia = Journal of Chemical Science
Penulis : Yusak, Yuniarti
Tahun Penerbitan : 2003
Deskripsi Fisik : 7 (2) 2003: 69-73
Lokasi : maj
Deskriptor : Glucose syrups
Abstrak : Pati ubi jalar dihidrolisis dengan menggunakan HCl 0,5 N dari waktu hidrolisis terhadap sirup yang dibuat dari pati ubi jalar. Pati ubi jalar dihidrolisis dengan menggunakan HCl 0,5 N dengan variasi volume 5, 10, 20, 15, 25 ml dan waktu hidrolisa selama 2, 4, 6, 8 jam sampai diperoleh glukosa dari kadar gula dari pembuatan sirup tersebut dianalisa dengan metode Luff Schoorl. Kadar abu dengan metode tanur dari nilai organoleptik ditentukkan dengan beberapa finalis. Dari penelitian ini diperoleh hasil yang paling baik adalah 25 ml HCl 0,5 N dan waktu hidrolisa selama 2 jam dan dari organoleptik rasa manisnya lebih manis

26.
Judul : Hidrolisa pati garut secara enzimatik untuk pembuatan sirup glukosa.
Sumber : Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia
Penulis : Saraswati
Tahun Penerbitan : 2005
Deskripsi Fisik : 7 (1) 2005: 64-67
Lokasi : maj
Deskriptor : Glucose syrups
Abstrak : The starch content in Maranta arundinacea Linn root was high. It can be used as a potential raw material for glucose syrup production. This experiment was done by enzymatic hydrolisis of the arrowroot starch. Variable of this experiment were alpha-amylase enzyme concentration (0.5, 1.0, 1.5 ml/kg DS), glucoamylase enzyme (0.5, 1.0, 1.5 ml/kg DS) and saccharification time (48, 72, 96 hours). Alpha-amylase enzyme was used for liquification process, while the glucoamylase enzyme was needed for the next step, which was saccharification process. Arrowroot starch concentration was 25 percent for each experiment. Liquification process temperature was 105øC for 5 minutes and continued at 95øC. Saccharification process temperature was 60øC. The result of the experiment showed that the highest conversion of starch was achieved at 94.53 percent DE with alpha-amylase enzyme 1.0 ml/kg DS and glucoamylase enzyme 1.0 ml/kg DS with liquification time 30 minutes and saccharification time 72 hours.

27.
Acid hydrolysis of cellulose to yield glucose
United States Patent 4,174,976
Tsao , et al.
November 20, 1979
Abstract:
A process to yield glucose from cellulose through acid hydrolysis. Cellulose is recovered from cellulosic materials, preferably by pretreating the cellulosic materials by dissolving the cellulosic materials in Cadoxen or a chelating metal caustic swelling solvent and then precipitating the cellulose therefrom. Hydrolysis is accomplished using an acid, preferably dilute sulfuric acid, and the glucose is yielded substantially without side products. Lignin may be removed either before or after hydrolysis.

28.
Process for the acid hydrolysis of waste cellulose to glucose
United States Patent 4,316,748
Rugg , et al.
February 23, 1982
Abstract:
A process and apparatus for the acid hydrolysis of waste cellulose to glucose of the type wherein waste cellulose is continuously fed into an inlet port of a twin screw extruder, water is continuously fed into reaction zone in the extruder downstream of the inlet port, the cellulose is continuously reacted with water in the presence of an acid catalyst at elevated temperature and pressure in the reaction zone while continuously conveying same to an outlet port of the extruder and the reacted cellulose is discharged from the extruder the elevated temperature and pressure in the reaction zone is maintained, has the elevated pressure is maintained by forming a dynamic seal zone at the upstream end of the reaction zone by providing an unthreaded and radially recessed discontinuity in the screws.

29.
PRODUKSI SIRUP GLUKOSA DARI PATI SAGU YANG
BERASAL DARI BEBERAPA WILAYAH DI INDONESIA
Oleh Fridayani
Bogor: Fakultas teknologi Pertanian-IPB, 2006. 88 Halaman

Dokumen lengkap dapat dipesan melalui:
PDII-LIPI
Telp. 021-7560537
E-mail: pdiiserpong@yahoo.com